Bukan Orang Eropa, Bapak Sosiologi Aslinya dari Bangsa Arab dan Lahir di Periode Pra Modern
Ibnu Khaldun adalah salah satu ilmuwan muslim paling terkemuka pada periode pra modern. Orang Arab ini disebut sebagai Bapak Sosiologi yang sebenarnya.-foto sumeks.co-
Ibnu Khladun memulainya dengan mengatakan bahwa sejarah dapaat dipahami baik oleh orang terpelajar atau orang awam.
Orang awam mampu mengerti sejarah karena di level permukaannya ‘ sejarah tidak lebih dari informasi tentang pelbagai kejadian politik, diniasti dinasti (raja) dan aneka peristiwa dari masa lalu yang disajikan secara anggun dan dibumbui kata mutiara.
Sementara bagi kalangan terpelajar penulisan sejarah melibatkan spekulasi dan upaya menemukan kebenaran, penjelasan terperinci tentang sebab sebab dan asal usul sebuah peristiwa, serta diperlukan pengetahuan yang dalam tentang bagaimana peristiwa itu terjadi.
Karena alasan itulah sejarah dianggap sebagai salah satu ranah filsafat (hikmah).
Ibnu Khladun secara tegas mengkritik para sejarawan muslim yang amat tekun mencatat pelbagai kejadian sejarah tetapi mencampur adukkan fakta dengan gosip dan laporan palsu.
Menurutnya gaya penulisan seperti tersebut tidak masuk akal dan tidak bisa dipercaya (turahhat al ahdits , zakharif min al ri wayah).
BACA JUGA:Tim Ekspedisi dari Bani Abbasiyah, Pernah Temukan Lokasi Tembok Yakjuj dan Makjuj Berdasarkan Mimpi
Dalam Muqadimahhnya , Ibnu Khaldun mebgkritik sejerawan islam periode sebelumnya (Ibnu khalyun-tentang Dinasti Ummayah dan Andalusia) sebagai peniru (muqaliid) lamban mengerti (balid) dan bodoh. Menurutnya para sejarawan tersebut hanya melaporkan fakta sejarah dari sebuah dinasti tertentu tanpa membedakan antara kebenaran dan khayalan.
Kritik keras Ibnu khaldun lainnya yakni kegagalan para sejarawan periode sebelumnya dalam menganalisis asal usul dinasti , penyebab kejayaan mereka, prinsip prinsip dari fondasi organisasi mereka serta penyebab kehancuran dan kemundura dari sebuah dinasti.
Menurutnya penulisan sejarah semacam ini hanya berisi bentuk bentuk (suwar) dan kehilangan subtanssinya (mawwad) dan wajar jika dianggap kebodohan yang menyamar ke ilmu pengetahuan.
Dengan jenaka Ibnu Khaldun menggambarkan para sejarawan itu seperti “padang rumput kebodohan dan berpenyakit “ (mara’ al jahl baina al anam wakhimun whalibun).
Dengan kitab al Ibar , Ibnu Khaldun berusaha mengkoreksi tentang penulisan sejarah sebelumnya dengan menyoroti keadaan yang muncul dengan perubahan generasi dan masa.
Dalam al ibar, detail mengungkap fakta sejarah (al akhbar) dan sekaligus refleksi (al itibar) atas semua kejadian peristiwa sejarah.
Secara subtansi kitab al ibar mengulas dua sejarah kelompok Maghribi yang dominan yakni bangsa arab dan berber mulai dari peradabannya (tammadun) serta asal usul dinastinya.(*)
BACA JUGA:Tim Ekspedisi dari Bani Abbasiyah, Pernah Temukan Lokasi Tembok Yakjuj dan Makjuj Berdasarkan Mimpi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: