Suku Anak Dalam Sudah Menyatu dengan Warga Desa, Mereka Ramai Hadir Resepsi Pernikahan Anak Kades Gading Jaya
Kebersamaan suku anak dalam yang sudah menyatu dengan warga desa. Mereka ramai hadir resepsi pernikahan anak Kades Gading Jaya. foto: ig hestiharis/sumeks.co.--
Pola hidup mereka semi nomadik (berpindah) dengan sumber penghidupan dari berburu dan meramu hasil hutan.
Tinggal dalam pondok-pondok sederhana dari material yang berada di hutan, kayu-kayu untuk tiang dan lantai, daun serdang untuk atap, pengikatnya menggunakan rotan.
BACA JUGA:Bagikan Seragam dan Tas, PT MBJ Resmikan Sekolah Filial Suku Anak Dalam Sungai Badak
BACA JUGA:PT MBJ Dorong Suku Anak Dalam Melek Huruf Lewat Saung belajar di Bayung Lencir MUBA
Cara berpakaian komunitas ini menggunakan cawat dan kemben untuk menutup organ vitalnya. Kelompok masyarakat ini menganut kepercayaan kepada dewa-dewa dan arwah leluhur.
Orang Kubu
Dengan pola kehidupan yang dijalani kelompok ini, masyarakat Melayu menyebutnya dengan nama Kubu.
Penamaan Kubu dalam bahasa Melayu memiliki makna peyorasi seperti primitif, bodoh, kafir, kotor dan menjijikan.
Sebutan Kubu telah terlanjur populer terutama oleh berbagai tulisan pegawai kolonial dan etnografer pada awal abad ini.
Suku Anak Dalam
BACA JUGA:Bagikan Seragam dan Tas, PT MBJ Resmikan Sekolah Filial Suku Anak Dalam Sungai Badak
BACA JUGA:PT MBJ Dorong Suku Anak Dalam Melek Huruf Lewat Saung belajar di Bayung Lencir MUBA
Sedangkan pemerintah Provinsi Jambi menamakan kelompok masyarakat yang tinggal di dalam hutan dan tidak menganut norma yang sama dengan masyarakat Melayu ini dengan sebutan Suku Anak Dalam yang memiliki makna orang terbelakang yang tinggal di pedalaman.
Suku Anak Dalam (SAD) atau Orang Rimba adalah salah satu suku bangsa minoritas yang hidup di Pulau Sumatera, tepatnya di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan.
Mereka mayoritas hidup di provinsi Jambi, dengan perkiraan jumlah populasi sekitar 200.000 orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: