Mayoritas Warga Pengrajin Peti, Desa Karang Waru Muratara Disebut Kampung Kotak
Ilustrasi--
MURATARA, SUMEKS.CO – Kampung kotak, begitulah nama yang diberikan warga terhadap Desa Karang Waru, Kecamatan Rupit, Kabupaten Muratara.
Nama tersbut diberikan, lantaran warga desa ini mayoritas pembuatan kotak buah dari kayu. Hampir setiap rumah di Desa Karang Waru, bisa dijumpai pengrajin peti kemas buah.
Tak jarang warga berkumpul di salah satu rumah untuk membuat peti kayu, terlebih lagi saat ini, ekonomi masyarakat tengah terpuruk sehingga memerlukan profesi alternatif untuk menambah penghasilan.
Nurmi (38), seorang pengrajin kotak menuturkan, untuk satu kotak buah dihargai Rp700 – Rp800 per unit dari pengepul.
BACA JUGA:Ribuan Warga Muratara Hadiri Pelantikan 50 Kepala Desa Hasil Pilkades Serentak
Dalam satu hari satu pengrajin bisa membuat 80-100 unit peti, dengan ukuran 62 cm x 42 cm.
"Lumayan untuk tambahan penghasilan, biasanya kami bikin, kelompok bagi bagi tugas ada yang berlima atau berempat," katanya.
Saat musim buah seperti saat ini, tidak jarang job pembuatan peti buah meledak. Di Desa Karang Waru hampir setiap rumah dipenuhi ribuan kotak yang akan disuplai ke berbagai wilayah.
Menurut Nurmi, rata-rata pengrajin peti buah bisa mendapatkan penghasilan Rp100.000 - Rp150.000 per hari.
BACA JUGA:Pemkab Muratara Akan Gelontorkan Paket Sembako Murah, Atasi Kenaikan Harga
Penghasilan tergantung dengan kecepatan, ketangkasan pengrajin, serta ketersediaan bahan baku dari pengepul.
Dia mengatakan, untuk bahan baku sendiri biasanya langsung disediakan dari pengepul dan warga hanya memerlukan peralatan sederhana seperti paku dan palu untuk bekerja.
Toni (45) pengepul peti buah menuturkan, distribusi box buah ini paling banyak disalurkan ke wilayah Sarolangun, Jambi, Kota Lubuklinggau, hingga Kota Palembang.
"Job memang banyak datang saat musim buah, tapi untuk hari hari biasa juga banyak pemesanan," timpalnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: