Jalan Menuju Muktamar NU

Jalan Menuju Muktamar NU

PERBEDAAN di tubuh Nahdlatul Ulama NU merupakan sebuah dinamika yang lumrah terjadi di setiap perhelatan muktamar Termasuk pada Muktamar Ke 34 NU di Lampung yang digelar 22 hingga 24 Desember 2021 Antar pendukung calon pemimpin baru NU yang dalam fase tertentu terlibat perseteruan sesungguhnya tidak sekadar mengedepankan relasi kuasa yang timpang Akan tetapi semua pihak yang terlibat itu ingin memberikan pelajaran demokrasi kepada warga NU Bahwa dalam sebuah peralihan kepemimpinan pun diperlukan proses kontestasi mempromosikan calon terbaiknya secara sportif dan humanistis Proses menuju muktamar itu memang dilingkupi aneka rupa perubahan waktu pelaksanaan Bahkan di sela sela proses tersebut terjadi persitegangan yang dialektis antara pihak yang pro dan pihak yang kontra untuk menunda dan memajukan hajatan lima tahunan itu Tapi semua pihak tetap bersepakat untuk menyukseskan muktamar dengan legawa dan bersahaja Setiap figur potensial NU yang dipercaya tiap pengusungnya mempunyai kesempatan yang sama untuk mengakses tampuk kepemimpinan NU Kendati dalam proses pengusungan calon ketua umum PBNU para pendukungnya melakukan beragam cara untuk meyakinkan para muktamirin bahwa calonnya adalah figur yang terbaik semua pihak tetap menyadari bahwa melestarikan harkat dan martabat NU jauh lebih penting daripada mempertahankan konflik kepentingan Siapa pun yang terpilih harus didukung semua pihak demi terciptanya kemaslahatan bersama dan kemajuan jam iyah dan jama ah NU di masa yang akan datang Antikuitas NU Itulah keunikan antiquity NU yang selama ini terjadi Sekeras apa pun persaingan yang terjadi dalam proses perhelatan muktamar setiap pihak yang semula mengedepankan egoisme personal dan komunalnya dalam berkontestasi selalu mengalami antiklimaks ketika berhadapan dengan tanggung jawab untuk menjaga martabat NU Gambaran tersebut bisa dicermati dari perhelatan muktamar NU pada tahun 1984 di Situbondo yang dilingkupi perseteruan Perseteruan antara syuriah dan tanfidziyah kala itu berdampak pada terbelahnya kepengurusan antara kubu Cipete dan kubu Situbondo Demikian pula muktamar Cipasung pada tahun 1994 yang perpecahannya menimbulkan kepengurusan ganda antara kubu KH Abdurrahman Wahid dan kubu Abu Hasan yang disokong pemerintah Orde Baru Tak terkecuali dalam perhelatan muktamar NU pascareformasi yang kerap dilingkupi persitegangan meski tak berdampak pada perpecahan Namun seiring berjalannya waktu riak riak perseteruan dan perpecahan di tubuh NU luruh dalam memori kolektif semua pihak tentang motivasi dasar pendirian jam iyah NU Semua pihak seolah disadarkan oleh pesan Hadratussyekh KH Hasyim Asy ari bahwa NU didirikan untuk menjalin persatuan dan persaudaraan Salah satu ayat yang melandasi ikhtiar KH Hasyim Asy ari adalah surah Al Imran 103 yang berbunyi dan berpeganglah kamu semua pada tali agama Allah dan janganlah kamu bercerai berai Dalam kaitan ini betapa pentingnya pesan moral yang ditegaskan dalam Alquran tersebut Maka ayat persatuan yang disitir tegas dalam surah Al Imran digunakan sebagai Qanun Asasi NU 192 yang berbunyi Karena itu persatuan ikatan batin satu dengan yang lain saling bantu menangani satu perkara dan seiya sekata adalah merupakan penyebab kebahagiaan yang terpenting dan menjadi faktor paling kuat untuk menciptakan persaudaraan dan kasih sayang Di samping itu adagium perbedaan pandangan tak semestinya membuat orang orang berhenti jadi saudara dan sahabat sebagaimana dicontohkan Kiai Wahab dan Kiai Bisri menjadi sebuah legasi bagi siapa pun yang sedang berkompetisi untuk meraih tampuk kepemimpinan di tubuh NU Tradisi saling memaafkan yang tertanam kuat di tubuh NU dijadikan sebuah komitmen awal oleh para calon dan yang mendukung Sehingga ketika perhelatan muktamar selesai semua calon kembali ke habitus utama masing masing Itulah sisi keunikan NU yang lestari dari masa ke masa Betapa pun keras para kompetitor berkonflik NU tetap menarik Bahkan secara sosiologis konflik menjadi sebuah lapisan interaksi yang digunakan untuk mengetahui riak gelombang air di setiap pasang surut peristiwa NU Oleh karena itu dalam menyikapi setiap gesekan perseteruan hingga perpecahan dari perhelatan muktamar NU tak sewajarnya dimasukkan dalam hati Apabila dalam proses muktamar ada perbedaan cara pandang perihal teknis pelaksanaan hingga formatur terpilih yang dihasilkan dalam muktamar tidak sepatutnya bagi pihak yang tidak puas harus menghujat dan mendiskreditkan muktamar Apalagi mengumbar ketidakpuasan dan kekecewaan pelaksanaan muktamar di media sosial yang justru akan menjadi bahan nyinyiran dari pihak lain Sebab disadari atau tidak muktamar merupakan satu satunya forum permusyawaratan tertinggi yang harus kita hormati Dan melalui muktamarlah kita tetap harus optimistis dan percaya bahwa perjalanan NU akan makin baik di masa yang akan datang Tantangan ke Depan Ke depan semua lapisan warga dan pengurus NU harus bergandengan tangan Sebab dalam lima tahun mendatang NU akan memasuki usia satu abad yang dicanangkan sebagai kebangkitan kedua an nahdlah ats tsaniyah Oleh karena itu salah satu tantangan terbesar yang harus dipersiapkan dan disikapi bersama sama adalah bagaimana membangun ekosistem kemandirian di berbagai sektor agar NU makin berdaya dan digdaya serta tidak mudah dipermainkan dalam kubang konflik kepentingan Setidaknya tagline Muktamar Ke 34 NU yang menegaskan Satu Abad NU Kemandirian dalam Berkhidmat untuk Peradaban Dunia menjadi inspirasi bagi seluruh warga NU untuk melakukan perbaikan ke arah yang lebih baik lagi dan seterusnya al ishlah ila ma huwal ashlah tsummal ashlah fal ashlah Semoga jalan menuju muktamar yang kita hadapi seiring dengan rida Ilahi dan senapas dengan cita cita para pendiri NU Bahwa persatuan dan kemandirian adalah ekosistem organisasi yang harus dilestarikan FATHORRAHMAN GHUFRON Wakil katib PWNU Yogyakarta dan pegiat di Center for Sharia Finance and Digital Economy Shafiec UNU Yogyakarta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: