"Amerika Serikat bias," katanya.
"AS menentang konsensus nasional internal Palestina serta bermitra dengan pendudukan (Israel) dalam kejahatannya terhadap rakyat kami," tambahnya.
Ini pun menandai "kudeta" diplomatik baru bagi China dan semakin besarnya pengaruh Tirai Bambu di Timur Tengah.
Sebelumnya China menjadi perantara bagi perjanjian damai antara musuh lama di kawasan Arab, Arab Saudi dan Iran, pada tahun lalu.
Menteri Luar Israel Katz bersikeras bahwa "pemerintahan Hamas akan dihancurkan".
Ia pun menuduh Presiden Otoritas Palestina Mahmud Abbas, dari faksi Fatah yang menandatangani perjanjian, mendukung serangan 7 Oktober Hamas yang memicu perang.
Hamas sendiri menyambut baik deklarasi ini, dengan mengatakan bahwa hal tersebut menciptakan “hambatan terhadap semua intervensi regional dan internasional yang berupaya untuk memaksakan kenyataan yang bertentangan dengan kepentingan rakyat kami”.
Video pertemuan Hamas Fatah dipasilitasi pemerintah China itu juga diunggah akun @yusa.mortheza3.
"saya China Indonesia sangat bangga," komentar pemilik akun @DJu138:
"Saya orang Palembang dibelakang rumah saya perkampungan China, kami dari dulu hidup rukun ga ada perbedaan..etnis..apalagi waktu 1998...malahan d jaga..," ungkap @Pratamajavi.