1. Sengatan panas (heat stroke)
Gelombang panas bukanlah kali pertama terjadi di Arab Saudi pada musim haji, sehingga pemerintah setempat sebenarnya telah bersiap memberikan peringatan untuk menghadapi cuaca ekstrem ini.
Dimana Kementerian Kesehatan Saudi telah mengimbau jemaah haji untuk menghindari paparan panas dan menjaga tubuh selalu terhidrasi, sebab dapat memicu sengatan panas (heat stroke).
BACA JUGA:Jadwal Kedatangan Jemaah Haji Kloter 1 Asal Sumsel, Diundur Jadi Tanggal 23 Juni 2024, Delay 13 Jam
BACA JUGA:Ratusan Kloter Jemaah Haji Indonesia Menuju Madinah Usai Armuzna
Seorang jamaah haji asal Nigeria Aisha Idris mengaku harus menyirami dirinya dengan air Zam-zam demi bertahan di tengah gelombang panas.
“Aku harus menggunakan payung dan terus-menerus menyiram diri saya dengan air Zam-zam,” kata Aisha.
Adanya gelombang panas itu, meskipun sudah ada antisipasi, tetapi kematian akibat panas selama ibadah haji bukanlah hal baru dan telah tercatat sejak tahun 1400an.
Para ahli melaporkan, seiring berjalannya waktu kondisi ini diperburuk oleh krisis iklim.
BACA JUGA:Jemaah Haji Asal OKI Bersiap Laksanakan Tawaf Wada'
"Pelaksanaan ibadah haji di tengah cuaca panas sudah berjalan selama lebih dari satu milenium. Namun krisis iklim memperburuk kondisi ini,” kata seorang peneliti dari Climate Analytics, Carl-Friedrich Schleussner.
Hal ini juga terjadi karena masalah kepadatan jamaah dan minimnya pendingin udara. Sehingga beberapa jamaah haji mengeluhkan pengelolaan haji dari pemerintah Saudi, terutama penyediaan fasilitas bagi jamaah haji.
Sebagian di antaranya mengeluhkan tenda yang kurang layak dan penuh sesak. Selain itu, fasilitas pendingin yang minim, serta sanitasi dianggap kurang memadai.
"Seperti tidak ada air conditioner (AC) di tenda kami saat cuaca panas di Mekkah. Pendingin yang dipasang hampir selalu tidak memiliki air," ujar salah satu jamaah asal Islamabad, Aminah.
BACA JUGA:Usai Puncak Haji, Jemaah Indonesia Bersiap Kembali ke Tanah Air