Peristiwa tersebut terjadi sekitar 6 Agustus 2008, pemerintahan digulingkan dalam suatu kudeta militer yang pada saat itu dipimpin oleh Jenderal Mohamed Ould Abdel Aziz.
Hingga akhirnya pada 16 April 2009, Abdel Aziz mengundurkan diri dari militer untuk mencalonkan diri menjadi presiden.
Mohamed Ould Abdel Aziz memenangkan pemilihan presiden sebanyak dua kali yaitu pada tahun 2009 dan 2014.
Baru kemudian pada tahun 2019, Mohamed Ould Abdel Aziz digantikan oleh Mohamed Ould Ghazouani.
BACA JUGA:Simak Tips Belajar Ala Islam Agar Ilmu Makin Bermanfaat dan Nggak Mudah Hilang dari Kepala
Meski memiliki sumber daya yang melimpah termasuk bijih besi dan minyak bumi, Mauritania memegang pertanian, peternakan dan perikanan sebagai basis utama ekonomi.
Meskipun Mauritania menjadi negara yang kaya akan sumber daya alam, Mauritania memiliki PDB yang rendah.
Mauritania memiliki Pelabuhan laut dalam pertama negara ini dibuka di dekat Nouakchott pada tahun 1986.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, kekeringan dan salah kelola ekonomi telah mengakibatkan penumpukan utang luar negeri.
BACA JUGA:Mengenal Bayt Al-Hikmah, Perpustakaan Terbesar Dunia Sebagai Pusat Keilmuan Zaman Keemasan Islam
BACA JUGA:Ini Alasan Mengapa Laki-Laki Tidak Boleh Memakai Emas dan Pakaian Berbahan Sutera dalam Agama Islam
Kemudian pada bulan Maret 1999, pemerintah menandatangani perjanjian dengan misi bersama Bank Dunia-Dana Moneter Internasional tentang peningkatan fasilitas penyesuaian struktural (ESAF) senilai US$54 juta.
Namun privatisasi tetap menjadi salah satu masalah utama dan Mauritania belum memungkinkan untuk memenuhi tujuan pertumbuhan PDB tahunan ESAF sebesar 4-5%.
Mauritania memiliki cadangan bijih besi yang besar dan telah menyumbang hampir 50% dari total ekspornya.
Perusahaan pertambangan emas dan tembaga di Mauritania membuka tambang di daerah pedalaman.