"Perlu diwaspadai karena ini ibarat fenomena gunung es," katanya.
Semntara itu, sebanyak 70,2 persen remaja atau siswa SMA masuk dalam kategori remaja toleran. Sedangkan, 22,4 persen merupakan remaja intoleran pasif.
Sisanya 5 persen, merupakan remaja intoleran aktif dan 0,6 persen menjadi remaja yang rentan terpapar.
"Ini tantangan kita karena program kerja BNPT harus fokus sesuai tagline yakni hadir untuk ibu, anak dan remaja," tuturnya.
BACA JUGA:KENDURI, Cara BNPT RI dan FKTP Sumsel Tekan Indeks Potensi Terorisme di Kecamatan Talang Kelapa
Lebih dari itu, I BNPT telah mendedikasikan program kerja tahun 2024, untuk mengantisipasi penetrasi doktrin radikalisasi.
Sementara itu, Mayjen Roedy Widodo Deputi bidang pencegahan perlindungan dan deradikalisasi mengatakan, program kerja deputi telah mencapai zero attack terrorism hasil dari operasi kontra.
Dijelaskan Mayjen Roedy Widodo, satu tahun terakhir tidak ada serangan teror. Kendati program kontra radikalisasi harus lebih optimal.
Kurangnya awarness terkait ancaman pada Objek Vital dan Publik hingga belum memenuhi standar minimum sesuai Peraturan BNPT Nomor 3 tahun 2020.
BACA JUGA:Berikut Penjelasan Kepala BNPT RI Jelaskan Soal Usulan Mekanisme Kontrol Rumah Ibadah
"Deputi kami terus mengupayakan agar BNPT masuk dalam Inpres/Kepres dalam pengamanan event internasional," ujarnya.
Lebih lanjut, dirinya mengungkapkan, saat ini Indonesia berada ranking 24. Ini karena pemerintah memasukkan KKB kegolongan kelompok teroris.
"Seharusnya kita berada di ranking 80 an," katanya.
Deputi juga terus melakukan pemantauan terhadap akun akun sosial media. Termasuk beberapa akun yang intoleran berhasil di takedown.
BACA JUGA:BNPT dan FKPT Gorontalo Gelar Kampus Rakyat Terpilih Indonesia
"Sudah ada beberapa akun yang kita takedown karena terindikasi mengajarkan pemahaman intoleran," ungkapnya.