SUMEKS.CO - Anak Abu Jahal memiliki niat untuk balas dendam atas kematian ayahnya, namun hal itu malah membuatnya syahid ketika menumpas nabi palsu.
Siapa yang tidak kenal dengan Abu Jahal? Tokoh kafir Quraisy ini merupakan salah satu pemuka kaum kafir yang paling “getol” memusuhi dakwah Nabi SAW.
Akan tetapi, siapa yang menyangka jika anak Abu Jahal tidak seistiqomah ayahnya dalam memusuhi Nabi Muhammad SAW.
Ya, Ikrimah bin Abu Jahal ialah anak kandung dari pembesar Quraisy yang turut bertugas dalam menumpas nabi palsu.
Ikrimah, Anak Abu Jahal ini syahid dalam perang di Yamamah dalam misi penumpasan nabi palsu pada saat itu.
Ikrimah bin Abu Jahal termasuk kalangan dari bangsawan suku Quraisy di Makkah dan baru masuk islam pada peristiwa Fathu Makkah.
Sebelum masuk ke dalam agama islam, Ikrimah dijuluki “Fir’aunnya pada masa Rasulullah SAW”.
Ikrimah ikut terpengaruh oleh ayahnya dalam membenci dakwah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
BACA JUGA:Cahaya Islam Membuat Perbedaan Antara Tokoh Sejarah Genghis Khan dan Abdurrahman bin Muawiyah
Namun ketika ayahnya yang merupakan dedengkot kafir itu terbunuh di Perang Badar, perasaan ikut-ikutan itu berubah menjadi dendam kesumat.
Ketika dakwah islam telah dilakukan secara terang-terangan di Makkah, Ikrimah telah berusia tiga puluh tahun saat itu.
Ikrimah di kenal sebagai orang yang berpandangan luas dan maju, akan tetapi ia menolak untuk mengikuti ajaran Nabi SAW.
Pada masa pertempuran perang Badar, Ikrimah menjadi salah satu pemimpin pasukan berkuda pasukan Quraisy.
BACA JUGA:The First Muslimah Nurse, Kisah Sahabat Wanita yang Menjadi Perawat Pertama dalam Sejarah Islam
Menurut dari ayahnya, Ikrimah ikut menyiksa para sahabat dan kaum muslimin dan mengadakan permusuhan.
Tewasnya Abu Jahal dalam perang Badar terlebih lagi didepan mata Ikrimah, membuatnya dendam terhadap kaum muslimin.
Kemenangan telak dipegang oleh kaum muslimin pada saat itu sedangkan kaum kafir Quraisy menunduk lesu mengantongi kekalahan.
Permusuhan Ikrimah yang tadinya hanya terpengaruh oleh ayahnya, Abu Jahal berubah menjadi dendam kesumat.
BACA JUGA: Afrika Selatan Sang Najasyi Baru, Mengingat Kembali Sejarah Raja Adil yang Menolong Kaum Muslimin
Dalam pertempuran Uhud, Ikrimah bersama istrinya Ummu Hakim binti al-Harits turut bertempur melawan pasukan islam.
Istrinya bergabung dengan para perempuan kafir yang berada dibelakang barisan untuk menyemangati pasukan kafir Quraisy.
Ikrimah menjadi komandan kavaleri di barisan bagian kiri, sementara Khalid bin Walid menjadi komandan kavaleri di barisan bagian kanan.
Dalam perang Uhud, pasukan kafir Quraisy memperoleh kemenangan pada pertempuran ini dana banyak sekali anggota pasukan yang wafat baik dari pihak kaum muslimin dan kafir.
BACA JUGA:The First Muslimah Nurse, Kisah Sahabat Wanita yang Menjadi Perawat Pertama dalam Sejarah Islam
Kebencian Ikrimah tidak berhenti disitu saja, tujuan utamanya bukan hanya mengalahkan pasukan muslimin di medan tempur.
Dendam kesumat itu bahkan tak terbalaskan karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam belum terbunuh.
Ketika memasuki pertempuran Khandaq, Ikrimah ialah salah satu pasukan berkuda kaum Quraisy.
Ikrimah kembali bergabung dalam pengepungan kota madinah oleh kaum musyrikin.
Pengepungan itu berlangsung selama berhari-hari dan Ikrimah menjadi semakin tidak sabar menyerbu pasukan muslim.
Akan tetapi, usaha pengepungan dan penyerangan tersebut gagal karena serangan panah dari pihak kaum muslimin.
Masa keislaman Ikrimah terjadi saat pembebasan kota makkah atau peristiwa Fathu Makkah dimana suku Quraisy membiarkan Nabi SAW dan pasukannya memasuki kota Makkah.
Fathu Makkah ini adalah perintah Nabi SAW kepada para panglimanya agar memasuki Makkah tanpa peperangan kecuali ada yang melawan.
Ikrimah tentu menolak keputusan ini dan mengajak orang yang sepaham dengannya untuk menyerbu pasukan kaum Muslimin.
Perlawanan mereka diakhiri oleh pasukan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid, sebagian penyerbu tewas dan sebagian lainnya melarikan diri termasuk Ikrimah.
Ikrimah ditetapkan akan dihukum mati oleh Rasulullah SAW atas perlawanannya, hal ini membuatnya melarikan diri dari Makkah ke Yaman.
Sementara itu istrinya memohon pengampunannya kepada Rasulullah dan diterima sehingga Ikrimah pun memeluk agama islam dan menjadi salah satu pembelanya.
Setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, muncullah tiga golongan pembangkang yang salah satunya ialah nabi palsu.
Golongan nabi palsu ini muncul di Yaman, Yamamah, Arab Selatan dan Arab Tengah sehingga membuat geram kaum muslimin.
Golongan nabi palsu ini jelas menyeleweng ke arah kemurtadan sebab Rasulullah SAW telah ditetapkan sebagai nabi terakhir yang diutus Allah SWT.
Abu Bakar Ash-Shiddiq bermusyawarah dengan para sahabat nabi dan memutuskan untuk memulai Perang Riddah dalam melawan kemurtadan.
BACA JUGA:Zombie dalam Sejarah Islam? Ini Dia Tokoh Penting dari Afrika Barat yang Mengajarkan Cara Menambang
Kurang lebih sebanyak 11 pasukan kelompok yang dibentuk oleh Khulafaur Rasyidin yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Ikrimah bin Abu Jahal pun menjadi salah satu dari 11 pasukan muslimin tersebut, kesebelas pasukan ini lalu diberangkatkan ke berbagai wilayah Jazirah Arab.
Dalam misi perang Riddah, terdapat aturan yang harus ditaati yaitu pasukan muslim hanya boleh menyerang orang yang menolak kembali pada agama Allah.
Dalam tugas memerangi orang yang murtad di Yamamah, pasukan dibawah pimpinan Ikrimah bin Abu Jahal bergerak menyerang pasukan Musailamah al-Kazzab.
Akan tetapi, Ikrimah dikalah oleh kaum murtad tersebut sehingga membuat pasukannya berpencar mundur.
Dalam kekacauan ini, Ikrimah bin Abu Jahal syahid sebagai seorang muslim dan sahabat Nabi SAW meski dulu sangat memusuhi Nabi SAW.(*)