Selain itu Uwais al-Qarni terus merawat ibunya, tapi sayangnya, ibunya menjadi buta, dan semakin bergantung pada Uwais al-Qarni.
Pada saat umat Islam datang ke Yaman, Uwais al-Qarni mendapat pelajaran yang sangat penting.
Ketika malam yang sangat gelap menyingsing, Uwais dan ibunya mengalami keterbatasan pengelihatan karena tidak mempunyai lampu sama sekali di rumahnya.
Hal tersebut membuat mereka sulit untuk melakukan tugas-tugas malam mereka.
BACA JUGA:Kisah Sahabat Tuna Netra yang Membuat Rasulullah Muhammad SAW Mendapat Teguran dari Allah SWT
Uwais al-Qarni tidak dapat melihat namun ibunya yang terbiasa dengan kegelapan malah membantu putranya berkeliling rumah.
Setelah berkeliling, tak lama kemudian Uwais al-Qarni bertemu dengan para duta besar Nabi Muhammad SAW dan dia serta ibunya mendengarkan mereka membacakan Alquran.
Ayat yang dibacakan tersebut berhasil menyentuh hatinya.
“…Dan barangsiapa yang tidak diberi cahaya oleh Allah, maka tidak akan ada cahaya.” (Al-Quran 24:40)
BACA JUGA:Kesedihan Rasulullah Saat Istrinya Khadijah Wafat, Sang Pelipur Lara dan Pemberi Semangat
Mendengar ayat tersebut, Uwais al-Qarni menerima Islam saat itu juga.
Uwais al-Qarni dan Nabi Muhammad sebetulnya tidak pernah bertemu karena Uwais tinggal di Yaman merawat ibunya sementara Nabi Muhammad di Madinah, meski begitu di dalam hatinya Uwais al-Qarni rindu akan Rasulullah SAW.
Uwais selalu memperhatikan dan memenuhi semua permintaan ibunya. Namun ada sebuah permintaan yang sulit untuk ia kerjakan. Sang ibu ingin naik haji.
“Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi bersamamu. Ikhtiarkan agar ibu dapat mengerjakan haji,” pinta sang ibu.
BACA JUGA:Ada Berapa Istri Ali bin Abi Thalib dan Siapa yang Paling Dicintai?
Mendengar permintaan tersebut, Uwais termenung. Sebab perjalanan jarak tempuh Yaman ke Makkah sangat jauh, sementara mereka adalah keluarga yang miskin dan tidak mempunyai kendaraan.