"Lagi-lagi profesionalitas sangat diperlukan dalam hal ini," sambungnya. Tak hanya itu, ia juga pernah didatangi preman bahkan keluarga yang sangat disayanginya juga pernah diteror.
"Pernah didatangi preman, keluarga pernah diteror dan pernah ditawarin (gepokan uang, red) tapi bukan di Prabumulih. Namun semua itu bagian dari dinamika dan tantangan memberantas kasus korupsi," jelas pria yang juga tak malu berjualan sarapan pagi di Kedai Mang Oy samping rumahnya di Jl Sukabangun II Kota Palembang.
Setiap pagi setelah selesai salat subuh, ia memulai aktifitas dengan membuka warung sarapan pagi. Mulai dari nasi uduk, lontong sayur, laksan, burgo dan celimpungan dijual di kedai nya.
"Sampai sekarang masih jualan. Namun beberapa hari terakhir tutup karena yang masak ayuk (Kakak perempuan, red) lagi ada urusan. Tapi hari ini, tadi pagi kebetulan buka," sebutnya.
BACA JUGA:Kajari Prabumulih Jadi JPU Dalam Sidang Dana Hibah Bawaslu
Di hari kerja Senin-Jumat, Mang Oy hanya membantu buka warung hingga pukul 06.00 WIB dan setelah itu bergegas ke Prabumulih untuk menjalankan amanah sebagai Kepala Kejaksaan Negeri Prabumulih (Kajari).
Hari libur, Sabtu dan Minggu, Mang Oy memilih jualan sarapan pagi di kedainya mulai setelah subuh hingga pukul 10.00 WIB. "Kadang pukul 08.00 WIB sudah tutup kalau sudah habis semua," ujarnya mengaku berdagang adalah salah satu cara Rasulullah untuk mendapatkan penghasilan.
Kebiasaan berdagang juga rupanya sudah menjadi pekerjaannya sejak duduk di bangku sekolah.
"Saya pernah dagang di Jakarta jual pempek, ikut ayah dan Ibu saya sebelum akhirnya lapak orang tua kena penggusuran. Saya juga pernah jualan nasi goreng di Basuki Rahmat, jualan soto babat di pangkalan ojek Rimbah Kemuning tahun 1996/1997," sebutnya mengaku kerap terlambat datang ke sekolah karena berjualan dulu sebelum masuk sekolah.
BACA JUGA:Bakat Dagang dari Ortu, Warkop Kajari Prabumulih ini Laris Manis
Bahkan ketimbang menerima suap, ia memilih mencari penghasilan tambahan dengan berjualan kue saat musim lebaran Idul Fitri dan Idul Adha.
"Jualan kue basah untuk lebaran, memang sudah usaha keluarga sejak tahun 1990. Saya biasanya hanya membantu memasarkan dan membantu kocok adonan. Kalau tidak ada kerjaan di rumah," ujarnya mengaku biasanya jual kue lapis legit dan maksuba.
"Bukan merasa tidak cukup dengan penghasilan dari jabatan saat ini. Namun bagi seorang laki-laki, bukan hanya memikirkan nafkah istri, melainkan ada empat yakni Ibumu, Istrimu, anakmu dan Kakak perempuanmu," jelas pria yang juga diberikan amanah sebagai Ketua Indonesia Karate-do (Inkado) Sumsel ini.
Dia pun mengaku, tak pernah menyangka anak seorang pedagang bisa bekerja di Kejaksaan Negeri dan saat ini pun diberikan amanah sebagai Kepala Kejaksaan Negeri Prabumulih. "Jadi janganlah kalian putus asah dari rahmat Allah," ajaknya semangat.
BACA JUGA:Sidang Kasus Pakaian Lansia, Kajari Prabumulih Turun Gunung