Akan tetapi, kemarahan Sultan sudah tidak bisa dielakkan lagi. Usang Sungging pun diminta meninggalkan istana, bahkan diancam akan dihukum gantung.
Mendapati situasi yang tidak menguntungkan seperti itu, Usang Sungging beserta hulu balangnya bergegas melarikan diri dengan menggunakan perahu.
Tanpa arah tujuan yang jelas mereka terus menyusuri sungai menuju pedalaman demi menghindari kejaran tentara Sultan Palembang pada waktu itu.
BACA JUGA:6 Hutan di Ogan Ilir Ini Terkenal Keramat, Disinyalir Terdapat Makam Wali
Berbulan-bulan mereka mengayuh perahu kayu. Dari Sungai Ogan menyusuri sebuah lebak yang kemudian dikenal dengan nama Lebak Meranjat.
Merapatlah mereka di sebuah hutan belantara seberang Tanjung Batu yang akhirnya menetap, berdiam diri, bergaul di daerah tersebut sembari mengajarkan keahliannya dalam hal bertukang, memahat, membuat perhiasan, hingga menyebarkan ajaran Agama Islam.
Usang Sungging juga turut merancang puncak Masjid Al-Falah Tanjung Batu yang sekarang masih kokoh berdiri di Kampung 3 Kelurahan Tanjung Batu. Masjid ini memang sudah cukup tua, tapi masih berdiri kokoh.
Maka tak heran, jika sebagian besar warga Tanjung Batu memiliki keahlian, seperti, membuat perhiasan, bertukang kayu, dan memahat. Hal tersebut, tentu tidak terlepas dari keahlian turun temurun yang dibawa oleh Usang Sungging.
BACA JUGA:Kakek Hattani Ngaku Lihat Tumpukan Emas dan Tongkat Soekarno Saat Tersesat di Hutan Keramat
Saat ini, makam Usang Sungging berada di Desa Tanjung Batu Seberang. Kondisinya sangat memprihatinkan, karena tidak mendapatkan perhatian dari semua pihak. *