TERNYATA! Ada Campur Tangan Belanda Dibalik Pemberian Gelar Haji di Indonesia
SUMEKS.CO - Ribuan tahun silam umat muslim melaksanakan ibadah haji.
Khusus di Indonesia dan beberapa negara melayu lainnya, orang yang pulang dari berhaji mendapat gelar baru didepan namanya. Yakni haji bagi laki-laki dan hajah bagi perempuan
Dikutip dari beragam sumber, penggunaan gelar haji dimulai pada masa Kolonial Belanda, tahun 1896.
BACA JUGA:MASYAALLAH! Inilah Tanda-Tanda Haji Mabrur
Nah, semangat perjuangan kemerdekaan selalu digemborkan para tokoh Islam setelah kembali dari ibadah haji. Diantaranya KH Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah seusai pulang ibadah haji.
Kemudian, KH Hasyim Asyari mendirikan Nahdlatul Ulama, Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam, dan Cokroaminoto mendirikan Sarekat Islam.
Organisasi ini ahirnya menjadi cikap bakal gerakan perlawanan terhadap Belandan terutama mereka yang baru kembali dari tanah suci paling getol menyuarakan gerakan anti kolonialisme.
Selain itu setiap ada pemberontakan selalu dipelopori guru thariqah, haji, ulama dari Pesantren. 3 ini dianggap jadi biang kerok pemberontakan kompeni hingga membuat Belanda kewalahan.
Ahirnya, untuk memudahkan pendataan orang-orang yang ditandai sebagai pelopor gerakan anti penjajah, maka setiap orang yang baru pulang dari berhaji diberi gelar haji/hajah
Kebijakan ini diatur dalam Staatsblad (Peraturan Pemerintahan Belanda) tahun 1903. Tujuan pemberian gelar haji ini adalah agar pihak Belanda lebih mudah dalam melakukan pengawasan bagi para jemaah haji yang mencoba memberontak.
Nah, sejak masa itu setiap umat Islam di Indonesia baru pulang mengerjakan rukun haji diberi gelar haji.
Seiring perkembangan zaman, gelar ini menjadi lebih spriritual. Karenanya, banyak yang sengaja mencantumkan gelar haji di depannya setelah berpuang dari berhaji di tanah suci.
BACA JUGA:Kisah Tukang Sol Sepatu Jadi Haji Mabrur Tanpa ke Mekkah, Bagaimana Ceritanya?