Ia juga mencontohkan, Yalal Wathon adalah lagu diciptakan KH Wahab Chasbullah yang isinya semangat mencintai Tanah Air dan kemerdekaan Indonesia. Dahulu lagu ini ditulis menggunakan bahasa Arab pegon agar kolonial tidak paham.
BACA JUGA:Menkes Sebut Gagal Ginjal Akut Bisa Disembuhkan, Obatnya Didatangkan dari Singapura
"Fungsi yang tidak kalah penting dari aksara pegon adalah penulisan mantra. Dalam kitab Mujarrobat isinya huruf pegon semua," sambung Gus Yaqut.
Pihaknya berharap, hasil dari Kongres Aksara tidak hanya pembakuan penulisan saja, tapi bagaimana aksara pegon dapat digitalisasi untuk memenuhi tuntutan dan perkembangan zaman.
“Ke depan, saya meyakini, bentuk kitab kuning nantinya bukan lagi dalam bentuk kertas dan mungkin agar berubah dalam bentuk elektronik semacam notebook,” harapnya.
BACA JUGA:Pemkot Lubuklinggau Siapkan Anggaran Rp 5 Miliar untuk ETLE
Ia juga mendorong semua pihak untuk memikirkan agar aksara pegon ini didorong agar mampu untuk beradaptasi dengan teknologi. Hanya dengan begitu aksara pegon dapat bertahan menjadi sebuah khazanah kekayaan Nusantara yang tidak mudah luntur oleh perkembangan zaman
“Mudah-mudah ikhtiar kita dalam menjaga aksara pegon benar-benar diridhoi Allah dan menjadi berkontribusi bersama kepada peradaban Islam nusantara dan dunia islam pada umumnya,” pungkas Menag. (nu/kemenag/ril/ckm)