Kapolda Jatim Mengecek Evakuasi Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, Begini Update Korbannya

Kapolda Jatim Mengecek Evakuasi Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, Begini Update Korbannya

Mencekam! Proses Evakuasi Korban Ponpes Al Khoziny Masuki Hari Kelima, Puluhan Santri Belum Ditemukan--

Kapolda Jatim, Irjen Pol Nanang Navianto, menegaskan bahwa prioritas utama saat ini adalah penyelamatan dan kemanusiaan.

"Apakah ada unsur tindak pidananya dalam tragedi ambruknya bangunan Mushala Ponpes Al Khoziny, nanti kita fokus pada kemanusiaan terlebih dahulu," kata Kapolda saat ditanya jurnalis.

Meski demikian, aparat kepolisian tetap mengumpulkan data, termasuk memeriksa aspek konstruksi bangunan yang ambruk. Hasil investigasi mendalam akan dilakukan setelah seluruh proses evakuasi tuntas.

BACA JUGA:Innalillahi, Bangunan Ponpes Al Khoziny Ambruk, Puluhan Luka Ada Santri Meninggal, Wagub Emil Tinjau Evakuasi

BACA JUGA:Pasca Tragedi Memilukan Menimpa Ponpes Gontor Kampus 5, Kemensos Berikan Santunan kepada Keluarga Korban

Sejarah Singkat Ponpes Al Khoziny Buduran

Pondok Pesantren Al Khoziny Buduran, Sidoarjo, merupakan salah satu pesantren bersejarah di Jawa Timur yang berdiri sejak tahun 1926.

Pesantren putra ini dipimpin oleh KHR Abdus Salam Mujib, putra dari KH Abdul Mujib Abbas. Adapun pondok pesantren putri didirikan oleh KHR Abdul Mujib Abbas bersama istrinya, Hj. Mudawamah.

Ponpes Al Khoziny berakar dari jejak panjang keluarga besar ulama Nusantara. Pendirinya adalah KHR Khozin Khouruddin atau dikenal sebagai Kiai Khozin Sepuh, menantu dari KH Ya’qub, pengasuh Pesantren Siwalanpanji  salah satu pesantren tertua di Jawa. 

Dari jalur keilmuan maupun kekerabatan, Al Khoziny memiliki hubungan erat dengan jaringan ulama besar, termasuk KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

Sejarawan mencatat, cikal bakal pesantren ini bermula dari rumah sederhana yang dibangun Kiai Khozin untuk putranya, KHR Moh Abbas, sepulang dari menimba ilmu di Makkah. 

Rumah itu berkembang menjadi pusat pengajian kitab-kitab klasik, hingga kemudian melahirkan ribuan santri dari berbagai daerah.

Karena letaknya di Desa Buduran, masyarakat sekitar juga kerap menyebutnya “Pondok Buduran”, mengikuti tradisi penyebutan pesantren berdasarkan lokasi, seperti Tebuireng (Jombang), Tambakberas (Jombang), dan Sarang (Rembang).

BACA JUGA:Pimpinan Ponpes Gontor Berziarah ke Makam AM Putra Sulung Soimah di Palembang

BACA JUGA: Ribuan Jemaah dari Berbagai Daerah dan Mancanegara Hadiri Mujahadah Kubro di Ponpes Kedunglo Miladiyah

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber: