Seminar Akademik UT Palembang, Wisudawan Soroti Berbeda Kasta Hindari Krisis Empati di Masyarakat

Seminar Akademik UT Palembang, Wisudawan Soroti Berbeda Kasta Hindari Krisis Empati di Masyarakat

Seminar Akademik bertemakan Masa Depan Indonesia: Sinergi Inovasi dan Etika dalam Menanggulangi Kesenjangan Sosial digelar di Aula Universitas Terbuka (UT) Palembang.-Dok.Sumeks.co-

PALEMBANG, SUMEKS.CO -- Seminar Akademik bertemakan Masa Depan Indonesia: Sinergi Inovasi dan Etika dalam Menanggulangi Kesenjangan Sosial digelar di Aula Universitas Terbuka (UT) Palembang, Selasa 23 September 2025.

Pada dialog interaktif ini diikuti Wisuda Daerah Periode II Tahun 2025 UT Palembang, baik langsung maupun via zoom.

 Prof. Dr. Alfitri, M.Si., Sekretaris Universitas Sriwijaya, dihadirkan langsung selaku narasumber sebagai pembicara utama didampingi Direktur UT Palembang, Drs. Muhammad Tair Abunaim, MM, mencuat persoalan yang menjadi sorotan tengah masyarakat

Dimana, saat ini sedang mengalami krisis empati, bahkan tingkatkan kasta menjadi persoalan sosial sehingga terjadi kesenjangan berujung kekerasan.

BACA JUGA:Berbagai Usia Solusi Bagi Mahasiswa Sandang Disabilitas, Kualitas Pendidikan Tinggi di UT Palembang

BACA JUGA:Ribuan Mahasiswa Asal Palembang dan Kabupaten OKI Ikuti OSMB Tahap 6 UT Palembang

Dalam paparannya, Prof. Alfitri dalam menekankan bahwa alumni baru UT Palembang adalah aset bangsa menuju Indonesia Emas 2045. Untuk itu, alumni dibekali tidak hanya keilmuan tapi juga soft skills untuk bisa menempa manusia yang berkualitas dan berdaya saing

“Inovasi harus lahir dari daya cipta yang kuat. Tapi inovasi saja tidak cukup, harus dibarengi dengan karakter, komunikasi yang baik dan hati yang mulia. Kombinasi inilah yang membentuk soft skills unggul dan menciptakan lulusan yang berdaya saing global,” jelas Prof. Alfitri, Selasa.

Dalam paparannya, Prof Alfitri juga menyoroti pentingnya membangun kultur daya cipta di Indonesia. Ia menyebut tantangan besar datang dari cepatnya perkembangan teknologi, termasuk AI dan internet, yang bisa menjadi peluang sekaligus ancaman jika tidak dimanfaatkan dengan baik.

“Negara maju menggunakan teknologi untuk menciptakan independensi. Sementara negara berkembang seperti Indonesia seringkali justru menjadi konsumen. Maka SDM harus diperkuat. Siapa yang menguasai inovasi, dia yang akan menguasai teknologi dunia,” ujarnya.

BACA JUGA:Wamen Fahri Hamzah Sebut Palembang Akan Menjadi Kota Termaju di Indonesia, Ini Alasannya

BACA JUGA:HUT Palembang 2025: PMI Kota Dengan RS Bari Kumpulkan 89 Kantong Darah

Sebagai solusi, Ia mendorong adopsi Model Kolaborasi Hexahelix, yang melibatkan enam elemen: masyarakat, pemerintah, media massa, hukum dan regulasi, akademisi, serta industri.

Model ini diyakini mampu menyatukan potensi lintas sektor dalam mengatasi kesenjangan sosial secara berkelanjutan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait