Tekanan Domestik dan Krisis Gaza, Presiden Prancis Akui Negara Palestina, Babak Baru atau Sekadar Simbolik?

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang secara resmi mengumumkan bahwa Prancis akan mengakui Negara Palestina. Tampak Macron dan Presiden Prabowo dalam sebuah acara di Hari Nasional Prancis--
SUMEKS.CO- Dunia internasional dikejutkan oleh langkah berani Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang secara resmi mengumumkan bahwa Prancis akan mengakui Negara Palestina.
Pengakuan ini disebut sebagai langkah bersejarah, mengingat posisi Prancis sebagai negara besar, anggota tetap Dewan Keamanan PBB, dan sekutu tradisional Israel.
Melalui pernyataan di platform X (sebelumnya Twitter), Macron mengatakan bahwa pengakuan resmi akan dilakukan secara simbolis di Sidang Umum PBB pada bulan September 2025. Namun lebih dari sekadar simbol, langkah ini memunculkan harapan baru di tengah kabut kelam konflik Israel-Palestina yang semakin memburuk sejak 2023.
“Yang paling mendesak saat ini adalah mengakhiri perang di Gaza dan menyelamatkan warga sipil,” tulis Macron dalam pernyataannya.
Langkah ini muncul saat dunia menyaksikan penderitaan rakyat Palestina yang kian parah. Sejak Oktober 2023, lebih dari 59.000 warga Palestina dilaporkan tewas akibat serangan Israel di Gaza.
Wilayah tersebut kini luluh lantak, dengan rumah sakit rusak, infrastruktur hancur, dan bantuan kemanusiaan yang tersendat akibat blokade ketat Israel.
BACA JUGA:Presiden Prabowo Desak Israel Akui Palestina dalam Pertemuan dengan Presiden Prancis Macron
Lebih dari 100 organisasi bantuan dan hak asasi manusia baru-baru ini menyerukan intervensi internasional, menuding Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang dan melakukan hukuman kolektif.
Di dalam negeri, Macron menghadapi tekanan publik yang tidak kalah hebat. Sebagai salah satu sekutu terdekat Israel di Eropa, Prancis dikritik keras karena sikap diamnya dalam menghadapi penderitaan rakyat Gaza.
Demonstrasi dan kritik dari berbagai kalangan termasuk kelompok masyarakat sipil, akademisi, dan tokoh agama terus menguat sejak perang dimulai.
Tak sedikit yang menilai pengakuan ini sebagai upaya politik domestik Macron untuk meredam kemarahan publik dan memperbaiki citra moral Prancis di mata dunia.
Namun, di sisi lain, tidak bisa dipungkiri bahwa langkah ini berpotensi mengubah arah diplomasi global terhadap Palestina, terutama jika diikuti oleh negara-negara besar lainnya.
“Prancis sedang mencoba menebus keterlambatan moralnya. Tapi apakah itu cukup? Dunia menunggu lebih dari sekadar kata-kata,” ujar seorang analis kebijakan luar negeri Prancis.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: