Mama Jo, Film Pendek tentang Disabilitas yang Menang di Festival Film Eropa

Film dokumenter Mama Jo karya Ineu Rahmawati raih Best Short Documentary di Golden FEMI Festival, mengangkat kisah ibu-anak penyandang disabilitas.--
SOFIA, SUMEKS.CO- Di bawah lampu gantung kristal yang menggantung megah di langit-langit Hotel Balkan Palace, Sofia, dan di tengah barisan kursi yang dipenuhi para sineas internasional, sebuah nama dari nusantara terdengar menggema: Mama Jo.
Film dokumenter pendek asal Indonesia karya Ineu Rahmawati dinobatkan sebagai Best Short Documentary dalam ajang prestisius Golden FEMI Film Festival pada malam penghargaan, 7 Juni 2025.
Tak seperti sutradara-sutradara lain yang naik panggung dengan mata berbinar dan senyum bangga, Ineu tidak hadir malam itu.
Namun, pesan video singkat yang diputar di layar besar cukup untuk membungkam ruangan suara perempuan dari Indonesia, lembut namun tegas, mengucapkan terima kasih dari kejauhan.
“Saya tidak bisa berada di sana malam ini karena kendala logistik, tetapi hati saya bersama kalian. Terima kasih karena telah memberi ruang pada suara-suara kecil seperti Mama Jo.”
Film Mama Jo tidak bersuara keras. Ia tidak memakai narasi bombastis atau sinematografi yang ingin mendominasi layar. Tapi di balik keheningan dan kesahajaannya, mengalir kekuatan yang mengejutkan.
BACA JUGA:Malu Dong Gen Z! Ini Cara Terbaru Nonton Film Box Office 2025 Bukan di Rebahin, LK21 dan IndoXX!
BACA JUGA:Disini Nonton Film Gratis 24 Jam Full Kualitas HD, Link Pengganti Rebahin, LK21 dan IndoXXI!
Film ini mengikuti kehidupan sehari-hari Santi, seorang ibu tunggal dari pinggiran Indonesia, dan putranya Johan, bocah berusia sembilan tahun yang hidup dengan cerebral palsy.
Dalam setiap adegan, penonton diajak masuk ke dalam dunia yang tidak banyak diberi sorotan: dunia perawatan, kelelahan, cinta tanpa syarat, dan harapan yang sering kali tampak rapuh.
Di satu sisi ada tantangan logistik yang rumit membawa Johan ke pusat terapi, mengurus surat jaminan kesehatan, berhadapan dengan sekolah yang belum ramah disabilitas.
Tapi di sisi lain, ada kekuatan emosi yang mentah: pelukan di pagi hari, senyum kecil Johan saat mendengar suara ibunya, dan upaya Santi mengajari anaknya mengenali huruf dengan sabar.
Ineu, dalam pidato penerimaannya yang dibacakan oleh perwakilan KBRI Sofia, Irvan Fachrizal, menekankan bahwa Mama Jo bukan hanya film, tapi juga seruan sosial.
“Film ini adalah pengingat bahwa inklusi, akses, dan martabat adalah hak universal yang harus kita junjung bersama.”
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: