Cerita Aning Mesugah Puasa di Negeri Kincir Angin, Sedih Lebaran Tak Bisa Bawa Keluarga Pulang ke OKU Selatan

Cerita Aning Mesugah Puasa di Negeri Kincir Angin, Sedih Lebaran Tak Bisa Bawa Keluarga Pulang ke OKU Selatan

Ning bersama putrinya, Alexa ngabuburit menunggu waktu berbuka puasa di kebun labu. foto. dok/sumeks.co.--

BELANDA, SUMEKS.CO - Menikah dengan pria asal BELANDA, Aning Mesugah kini bermukim di Negeri Kincir Angin itu. Menjalani bulan suci Ramadan di sana berikan pengalaman beda. Seperti apa ceritanya?

Sebuah foto dikirimkan lewat aplikasi WhatsApp (WA). Tampak Ning, begitu sapaan akrab wanita asal Marga Bayur, Kabupaten OKU Selatan, Sumatera Selatan (Sumsel) ini sedang duduk bersama putrinya, Alexa.

Mereka di sebuah kebun lalu. Di samping kiri dan kanan Ning dan putri kecilnya, teronggok beberapa butir labu yang besar-besar. 

Warnanya oranye. Sering kita lihat di film-film kartu yang mengisahkan tentang Halloween. Poem poen atau pumpkin.

BACA JUGA:Gedung NV Jacobson Van Den Berg & Co di Palembang, Bekas Kantor Perusahaan Dagang Belanda

BACA JUGA:Wajib Tahu, ini Nama-Nama Wali Kota Palembang dari Masa Pemerintah Belanda Sampai NKRI

“Ini kami sedang ngabuburit, menunggu sore di kebun labu. Seru,” kata Ning.

Sekalian ke sana, Ning bersama sang suami beli labu yang berwarna hijau. Yang ukurannya sedang, tidak terlalu besar. 

“Lebih empuk. Lagian kami cuma bertiga, tidak bisa bawanya juga kalau beli yang besar,” jelasnya.

Harga labu-labu itu bervariasi. Mulai dari ukuran yang kecil, untuk hiasan di meja atau aksesori dijual €50 cent. Tapi yang ukurannya besar, bisa 15 euro. 

BACA JUGA:Gedung NV Jacobson Van Den Berg & Co di Palembang, Bekas Kantor Perusahaan Dagang Belanda 

BACA JUGA:Wajib Tahu, ini Nama-Nama Wali Kota Palembang dari Masa Pemerintah Belanda Sampai NKRI

“Kalau dirupiahkan, sekitar Rp232 ribuan,” beber dia.

Labu-labu yang besar ternyata sebagian tidak dijual petaninya. Diambil bijinya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: