Menuju Puncak Bromo di Sela Mengikuti Porwanas XIII Jatim

Menuju Puncak Bromo di Sela Mengikuti Porwanas XIII Jatim

Rombongan PWI Sumsel pose bersama di kawasan gurun pasar Gunung Bromo. --

Cuaca dingin di atas Bukit Kingkong mengharuskan peserta trip untuk menyewa jaket, membeli topi kupluk dan sarung tangan untuk menahan hawa dingin. Paket topi kupluk dan sarung tangan dibeli seharga Rp35 ribu. Sedangkan jaket disewa dengan tarif Rp20 ribu. Pedagang yang menyewakan jaket dan menjual sarung tangan langsung mendekati wisatawan untuk memasarkan dagangannya. 

Beberapa warung kopi di Bukit Kingkong menjadi tempat transit sebelum berburu sunrise. Di setiap warung kopi terdapat tungku yang berisi arang dibakar. Dalam benak penulis, tungku tersebut digunakan untuk membakar makanan atau memasak menu. Namun anggapan itu salah besar. Tungku berisi arang dibakar itu ternyata digunakan untuk menghangatkan tubuh atau tangan. Cuaca superdingin di atas Bukit Kingkong membuat peserta trip harus mendekati tungku dan meletakkan tangan di atas bara api.

“Silahkan, mau minum kopi, teh atau Indomie,” sapa pemilik warung kopi kepada setiap peserta trip Puncak Bromo. 

BACA JUGA:Cek 10 Destinasi Wisata di OKU Selatan

Baik secangkir kopi atau teh dibanderol dengan harga pasaran Rp5.000. Sedangkan mie instant plus telur seharga Rp15 ribu. 

Rata-rata pelancong yang melakukan trip untuk melihat sunrise di Puncak Bukit Kingkong pada pukul 03.30 WIB. Toilet umum yang menyediakan musala mini beserta tempat wuduk menjadi pilihan sebelum waktu salat Subuh tiba. Karena dinginnya air dan cuaca, tangan seperti mau kram. 

Tak hanya rombongan trip dari PWI Sumsel yang berada di Bukit Kingkong. Tetapi juga puluhan pelancong dari berbagai provinsi terlihat. Seperti dari Magelang, Sulawesi, dan daerah lainnya di Pulau Jawa. Tidak kurang sekitar 200 pelancong berada di Bukit Kingkong saat itu. 

Puluhan mobil Jeep Toyota Hardtop yang ditumpangi sudah memutar kepalanya dan berjejer di turunan jalan. 

Dari Bukit Kingkong, rombongan PWI Sumsel menuju gurun pasir di kawasan Gunung Bromo. Perbukitan di sekitar Gunung Bromo tertata rapi seperti dipahat oleh tangan manusia. Padahal, perbukitan tersebut terbentuk karena alam. 

Di lereng Gunung Bromo berada di atas ketinggian, terdapat pedagang yang menjual bakso menggunakan sepeda motor. Dinginnya cuaca membuat perut terasa lapar. Bakso yang dijajakan pedagang tidak ada pilihan untuk disantap dengan merogoh kocek Rp15 ribu. Rombongan PWI Sumsel langsung berfoto di kawasan lereng Bromo dengan latar perbukitan, padang pasir, dan mobil Jeep Toyota Hardtop. 

BACA JUGA:Tanjung Pering Garden, Destinasi Wisata Terbaru di Ogan Ilir

Perjalanan dilanjutkan menuju puncak Bromo. Tiba di lereng, rombongan trip langsung disambut warga yang menyewakan naik kuda menuju Puncak Bromo. Perjalanan pulang pergi, tarifnya Rp200 ribu. Rombongan tidak merespons dan memilih berjalan kaki menuju Puncak Bromo yang ketinggiannya mencapai 1.850 meter dpl. 

Karena tidak banyak merespons, pemilik jasa sewa kuda menurunkan tarifnya menjadi Rp50 ribu setelah separuh perjalanan menuju Puncak Bromo. Dari titik kumpul kendaraan menuju Puncak Bromo yang terdapat kawah, harus ditempuh dengan berjalan kaki sejauh 2,5 km dan menuju puncak dengan meniti 240 anak tangga. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: