KHA Malik Tadjuddin Ulama Pejuang dan Sang Pendidik yang Bersahaja

KHA Malik Tadjuddin Ulama Pejuang dan Sang Pendidik yang Bersahaja

Ir Ahmad Dailami, putra sulung Almarhum KHA Malik Tadjuddin-Fadli -

SUMEKS.CO, PALEMBANG - Kampung 1 Ulu Laut, Kecamatan Seberang Ulu 1 Palembang, dari dahulu dikenal banyak melahirkan ulama yang mensyiarkan agama Islam.

Diantaranya Almarhum KH Abdul Malik Tadjuddin, yang merupakan sesepuh tokoh pendiri Nahdatul Ulama di Kota Palembang.

Meski telah berpulang, ulama Nahdhiyyin kelahiran 1 Dzulhijjah 1337 H atau pada 07 September 1918 silam ini telah memiliki ribuan murid. Tidak hanya di Kota Palembang tapi hingga keseluruh pelosok negeri.

BACA JUGA:Menyongsong Satu Abad, Menko Airlangga Beberkan Peran Penting Nahdlatul Ulama Bagi Bangsa

"Saat NU pertama kali didirikan oleh Hadratus Syech Hasyim Asy'ari di tahun 1926, Kyai Malik Tadjuddin baru berusia delapan tahun. Di saat itu masa beliau nyantri dengan ulama terkemuka di Palembang. Di usia 12 tahun beliau sudah berdakwah makanya dijuluki dengan sebutan Kyai Kecik atau kecil," ungkap putra sulung almarhum KHA Malik Tadjuddin, Ir Ahmad Dailami di sela-sela peringatan haul ke-22 ulama besar dan kharismatik ini, Ahad (14/8). 

Tak heran, jika di tahun 1947-1949 saat kedatangan kembali tentara KNIL (Belanda) yang membonceng NICA yang bermaksud untuk kembali menjajah Indonesia, jiwa KH Malik terusik. Meneruskan semangat jihad yang dikobarkan oleh Hadratus Syech Hasyim Asy'ari saat itulah KH Malik ikut berjuang melalui jalur dakwah. Tentara KNIL yang melihat situasi tersebut lalu menahan Kyai Malik beberapa saat lamanya. 

Pria yang akrab disapa Dailami yang juga merupakan penulis buku Sejarah Singkat KHA Malik Tadjuddin "Ulama Pejuang dan Sang Pendidik yang Bersahaja" terbitan Noor Fikri Offset tahun 2022 ini menyampaikan kesederhanaan dan sikap legowo yang patut untuk di tauladani dari sosok ayahandanya itu. 

BACA JUGA: Rakernas II Petanesia Undang Tokoh - tokoh Nasional

"Yang beliau senantiasa pegang teguh dalam berdakwah dia akan maju ke depan apabila diinginkan, dan ada di belakang jika situasi telah membaik. Dan dalam berdakwah berpegang teguh pada ajaran ahlussunah wal jamaah prinsip ajaran Nahdatul Ulama," beber Dailami yang kini juga mengelola SMP dan SMA NU Palembang, peninggalan almarhum KH Malik Tadjuddin yang ada di Jl Ahmad Yani Kelurahan 9/10 Ulu Kecamatan SU-1 ini. 

Tak heran, jika di tahun 1947-1949 saat kedatangan kembali tentara KNIL (Belanda) yang membonceng NICA yang bermaksud untuk kembali menjajah Indonesia, jiwa KH Malik terusik. Meneruskan semangat jihad yang dikobarkan oleh Hadratus Syech Hasyim Asy'ari saat itulah KH Malik ikut berjuang melalui jalur dakwah. Tentara KNIL yang melihat situasi tersebut lalu menahan Kyai Malik beberapa saat lamanya.  

Anak didiknya pun tersebar merata di seantero nusantara. Bahkan, diantara mereka tersebut nama Prof Dr Jimly Asshidiqie yang merupakan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Dr KH Amiruddin Nahrawi,M.PdI (Ketua PBNU), Prof Dr Hj Fatimah,SE,M.Si serta dua ulama kondang Palembang yang sudah terlebih dulu berpulang menghadap sang khalik yakni KH Kgs Ahmad Nawawi Dentjik dan KH Taufik Hasnuri.

BACA JUGA:Kitab Ulama Palembang Jadi Referensi di Malaysia

Kyai Malik wafat pada 10 Agustus 2000 pada usia 82 tahun dan dimakamkan di pemakaman keluarga Ungkonan H Nang Lenggok Kelurahan 3-4 Ulu.

Sementara itu, saat haul ke-22 yang berlangsung di Kompleks SMP-SMA NU Palembang ini dihadiri tak kurang dari 1.000-an tamu dan undangan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: