Durian Runtuh dan Kepala Gundul

Durian Runtuh dan Kepala Gundul

Pada awal awal terbit Sumatera Ekspres Sumeks kalah segalanya dari Sriwijaya Pos yang terbit sejak 1987 itu Hasil cetaknya masih jelek Kadang tintanya mleber Koran dipegang tangan bisa ikut hitam Berita berita Sumeks saat itu juga seadanya Kebanyakan salinan rilis dari berbagai instansi pemerintah Saya yang saat awal awal Sumeks terbit ditugaskan meliput di kantor Gubernur Sumatera Selatan kenyang bullian dari wartawan media kompetitor terkait kondisi Sumeks itu Bulian serupa juga dari beberapa oknum Bagian Humas Pemprov Sumatera Selatan Manajemen grup Jawa Pos tiap kali menerbitkan koran di daerah memang tidak dengan serta merta menurunkan bala tentaranya Yang ditugaskan cuma satu orang sebagai general manajer GM nya Baca Juga Dahlan Iskan Nyapu di Sumeks Begitu pun untuk Sumek grup Jawa Pos hanya mengirim Suparno Wonokromo almarhum untuk menakhodai Sumeks Sebelum Suparno Wonokromo memang ada Darul Farokhi tapi tak lama dan ditarik oleh Jawa Pos lagi Sedangkan personal personal lainnya dari lokal Pemimpin redaksi memang tercantum nama Alwi Raden Pandita almarhum salah satu pemilik lama Sumeks Tapi pencantuman nama itu sekadar untuk memenuhi perjanjian kerjasama penerbitan saja Sedangkan tugas sehari harinya dilakukan orang lain Itu sebabnya saat awal awal terbit kualitaa Sumeks buruk Begitu buruknya agen agen koran di Palembang menolak ditawari untuk menjual Sumeks Meski penjualannya dengan sistem konsinyasi bayar yang laku saja Di tengah upaya keras membesarkan Sumeks ternyata ada durian runtuh Terhitung sejak Desember 1995 Sriwijaya Pos tidak terbit akibat konflik internal manajemennya Konflik itu sudah merebak lama sebelumnya Bahkan antar pihak yang bertikai saling lapor ke polisi Baca Juga Meriah Launching SUMEKS CO Berikut Dukungan Para Kepala Daerah se Sumsel Terkait makin merebaknya konflik Sriwijaya Pos itu sejumlah wartawan Sumeks bernadzar Mencukur gundul kepalanya bila Sriwijaya Pos tidak terbit Begitu Sriwijaya Pos tidak terbit mereka pun ramai ramai mengunggunduli kepalanya di kantor Saya sendiri saat itu tidak ikut nadar gundul Saya yang meliput konflik Sriwijaya Pos sejak awal mendengar pihak Kompas pengelola Sriwijaya Pos tetap akan menerbitkan kembali koran itu bila konflik sudah berakhir Pada 1997 Sriwijaya Pos terbit lagi Barulah saat itu saya bernadzar Bila dua tahun setelah Sriwijaya Pos terbit kembali Sumeks masih jaya saya akan cukur gundul Terpaksa saya cukur gundul karena dua tahu kemudian pertumbuhan Sumeks malah makin bagus Tidak terbitnya Sriwijaya Pos mesti diakui membuat Sumeks melenggang Tidak ada lawan Oplah terus naik Omzet iklan pun makin besar Suatu waktu almarhum Suparno Wonokromo pernah ngomong hampir saja Sumeks kewalahan menerima limpahan durian runtuh itu Tapi dengan kepemimpinannya Sumeks tidak gagap menerima runtuhan durian runtuh itu Bahkan setelah Sriwijaya Pos terbit hingga sekarang Sumeks tetap terbesar di wilayah Sumbagsel Baca juga Sumatera Ekspres Menggelar Lomba Panjat Pinang 74 Pohon di OPI Mall Tapi tak semua pihak mampu menerima runtuhan durian runtuh Tahun 1994 Tempo Editor dan Detik dibredel Saat itu di Jakarta ada satu majalah berita serupa Tempo dan Editor Sinar Tapi terbukti Sinar tidak bisa memanfaatkan durian runtuh itu Bahkan Sinar diketahui tewas beberapa tahun kemudian Bagian II Selesai Ali Fauzi mantan Pimred Sumeks

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: