Dinas Kebudayaan Palembang Galakkan Program Museum Keliling, Soroti Minimnya Apresiasi Karya Sastra SMB

Jumat 21-11-2025,11:09 WIB
Reporter : Fadly
Editor : Edward Desmamora

Banyak manuskrip karya SMB II justru tersimpan dan dikaji di luar negeri, seperti di Belanda maupun Malaysia.

Keprihatinan serupa disampaikan budayawan Palembang, Vebri Al Lintani.

Ia menegaskan bahwa karya sastra peninggalan SMB II justru lebih diapresiasi di Malaysia, bahkan beberapa sekolah menengah di negara tersebut memasukkan syair-syairnya sebagai bahan ajar.

Sementara di Palembang, kata Vebri, perhatian terhadap warisan sastra itu sangat minim.

“Padahal kita punya Bandara SMB II, Museum SMB II, dan begitu banyak monumen atas nama beliau. Ironisnya, pojok sastra di museum kita saja sangat minim,” ujar Vebri.

Ia mencontohkan Syair Burung Nuri yang sarat nuansa kesedihan dan dianggap mencerminkan pengalaman personal SMB II selama diasingkan Belanda.

Karya-karya lain seperti Syair Martalaya dan Syair Perang Palembang juga sering dibahas di forum akademik luar negeri, namun jarang disentuh di Palembang.

Karena itu, baik Dr. Kemas Ari Panji maupun Vebri Al Lintani sangat mengapresiasi langkah Dinas Kebudayaan Kota Palembang menghadirkan program Museum Keliling sebagai jembatan edukasi masyarakat.

Menurut mereka, kegiatan seperti diskusi sastra ini harus diperbanyak, dipublikasikan, dan dibawa ke lebih banyak komunitas agar generasi muda Palembang kembali akrab dengan warisan intelektual leluhur mereka.

Dinas Kebudayaan Palembang dinilai telah memulai langkah strategis: mendekatkan masyarakat pada benda dan narasi sejarah melalui ruang-ruang kreatif yang mudah diakses.

Program Museum Keliling diharapkan menjadi pintu masuk kebangkitan minat terhadap manuskrip dan karya sastra Sultan Mahmud Badaruddin II—tokoh besar Palembang yang karyanya layak kembali dipelajari dan dibanggakan.

Kategori :