Namun, tak banyak yang tahu bahwa Pulau Kemaro memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan perkembangan Islam di Palembang.
BACA JUGA:Ribuan Wisatawan Antusias Ramaikan Perayaan Cap Go Meh 2024 di Pulau Kemaro Palembang
BACA JUGA:Perayaan Cap Go Meh 2024, Panitia Bakal Siapkan Kapal Gratis ke Pulau Kemaro, Catat Jadwalnya!
Pulau ini pernah menjadi pos penjagaan penting sejak era Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Palembang.
Bahkan, Panglima Cheng Ho, pelaut legendaris dari Tiongkok, tercatat pernah menetap di Pulau Kemaro dalam misinya menumpas perompak laut asal negeri Tirai Bambu.
Pada masa Kerajaan Palembang, Pulau Kemaro dikenal sebagai Benteng Tambak Bayo, benteng pertahanan yang menjadi pintu gerbang utama sebelum kapal-kapal masuk ke pusat Kota Palembang.
Kapal-kapal yang melintasi Sungai Musi kala itu wajib melewati dan mendapat izin dari pos benteng ini, menegaskan pentingnya Pulau Kemaro dalam strategi pertahanan kerajaan.
Wisata Berbasis Sejarah dan Religi
Pulau Kemaro berpotensi besar menjadi destinasi wisata unggulan berbasis sejarah, religi, dan budaya.
Keunikan legenda putri Sriwijaya, kehadiran klenteng, serta jejak dakwah Islam dari Ki Marogan dan ulama lainnya menjadikan Pulau Kemaro sebagai simbol harmoni antar budaya.
Pemerintah Kota Palembang melihat peluang besar untuk mengembangkan kawasan ini, bukan hanya sebagai objek wisata komersial.
Pulau Kemaro juga sebagai pusat edukasi sejarah dan religi, sejalan dengan identitas Kota Palembang sebagai kota religius dan berbudaya.
Pplenyelesaian masalah kepemilikan lahan Pulau kemaro menjadi kunci utama.
Komitmen pemerintah untuk membuka ruang dialog dan menjajaki opsi wakaf produktif diharapkan dapat menjadi solusi damai.
Tentunya tanpa mengabaikan hak-hak zuriat Ki Marogan yang telah berkontribusi besar dalam sejarah Islam di Palembang.
Pulau Kemaro adalah cerminan kekayaan sejarah Palembang. Dengan pengelolaan yang baik, kawasan ini bisa menjadi contoh harmoni budaya, wisata, dan religiusitas yang saling menguatkan.