Korban selamat lainnya, Bejo Santoso, juga membagikan kisah pilunya. Ia mengaku melihat beberapa orang hanyut terbawa arus karena tidak sempat mengenakan pelampung.
"Air naik cepat sekali, dan kapal langsung miring. Kami terjun ke laut dan hanya bisa saling memanggil satu sama lain di kegelapan," tuturnya.
Tangkapan layar korban selamat bagikan kisah mencekam sebelum KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam dihantam ombak di perairan selat Bali--
Menurut Bejo, penyelamatan oleh kapal lain baru datang beberapa saat setelah kapal benar-benar karam dan hanyut ke arah selatan Selat Bali. Beberapa korban selamat ditemukan dalam kondisi lemas dan mengalami hipotermia.
Dirangkum dari berbagai informasi Sabtu, otoritas terkait menyebutkan bahwa 28 orang diantaranya hingga kini masih dinyatakan hilang, 6 orang meninggal dunia, dan sisanya berhasil diselamatkan.
Kepala Bidang Humas Polda Bali, Kombes Pol Ariasandy dalam keterangannya mengatakan bahwa informasi pertama diterima melalui channel radio kapal pada pukul 00.16 WITA.
"Kapal sempat meminta bantuan karena mengalami kebocoran mesin. Lalu pada pukul 00.19 WITA terjadi blackout total, dan sekitar pukul 00.22 WITA kapal dikabarkan sudah terbalik," jelasnya.
Mengetahui kejadian itu, kapal motor lain segera diarahkan menuju lokasi untuk memberikan pertolongan, namun setibanya di sana, KMP Tunu Pratama Jaya telah dalam posisi terbalik dan hanyut.
Petugas jaga syahbandar yang melihat kejadian segera menginformasikan ke Basarnas dan instansi terkait.
Proses pencarian korban terus dilakukan hingga hari ini dengan mengerahkan tim penyelam, kapal SAR, dan helikopter.
Sementara itu, suasana duka menyelimuti keluarga korban yang masih menanti kabar keberadaan orang terkasih yang belum ditemukan.
"Untuk saat ini kami masih menunggu perkembangan lebih lanjut dari proses evakuasi dan pencarian. Informasi selanjutnya akan kami sampaikan segera," tutup Ariasandy.
Peristiwa ini menjadi pengingat keras akan pentingnya prosedur keselamatan maritim dan kesiapan alat pelindung diri dalam setiap pelayaran, terlebih di jalur-jalur padat seperti Selat Bali.