"Nilai pengorbanan dalam Idul Adha harus diterjemahkan dalam aksi nyata. Ini bukti bahwa insan peradilan juga peduli dan hadir di tengah masyarakat," ungkapnya.
Agus juga menyoroti semangat gotong royong yang tercermin dari keterlibatan semua unsur lembaga.
Panitia penyembelihan kurban sebelum didistribusikan kepada masyarakat--
"Dari Ketua, Hakim, Panitera, hingga Satpam semua terlibat. Tak ada sekat. Ini menunjukkan kekuatan kekeluargaan di PN Palembang," tambahnya.
Kebahagiaan pun tampak jelas dari para penerima manfaat, Yuliana (56), seorang janda yang tinggal di dekat pengadilan, mengaku bersyukur atas bantuan ini.
"Alhamdulillah, setiap tahun saya dapat daging kurban dari PN. Sangat membantu kami," ujarnya sambil tersenyum.
Senada, Indra (45), seorang buruh serabutan, juga merasa terbantu. "Biasanya cuma lihat daging sapi di pasar, sekarang bisa makan bareng anak-anak. Terima kasih PN Palembang," ucapnya.
Kegiatan kurban ini menjadi tradisi tahunan PN Palembang yang terus berkembang. Menurut Ardian, jumlah hewan dan penerima kurban terus meningkat setiap tahun.
"Insya Allah, tahun depan kita upayakan lebih banyak lagi. Ini adalah bentuk tanggung jawab sosial kami sebagai bagian dari masyarakat," tuturnya.
Dr. Haryanto, S.H., M.H., selaku Juru Bicara PN Palembang, menegaskan bahwa kegiatan ini sejalan dengan semangat institusi sebagai pelayan keadilan yang juga menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Melalui kegiatan kurban ini, PN Palembang membuktikan bahwa penegakan hukum bisa berjalan seiring dengan penguatan nilai religius dan sosial.
Daging yang dibagikan tidak hanya menjadi sumber pangan, tetapi juga simbol kasih sayang dan persaudaraan antara lembaga hukum dan masyarakat yang dilayaninya.