"Saran pengobatan hanya dapat diberikan oleh tenaga medis profesional.
Mereka memiliki kemampuan untuk menilai risiko dan manfaat dengan tepat berdasarkan pemeriksaan kesehatan menyeluruh,” ungkapnya.
Selain itu, AI tidak memiliki tanggung jawab terhadap dampak dari informasi atau saran yang diberikannya.
Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk tidak sepenuhnya bergantung pada AI dalam menentukan langkah pengobatan.
BACA JUGA:Apple Batalkan Investasi di OpenAI, Fokus pada Integrasi ChatGPT di iOS 18
BACA JUGA:Manfaat Mengejutkan Minum Air Rebusan Daun Sirsak untuk Kesehatan Tubuh
AI Sebagai Pelengkap, Bukan Pengganti Tenaga Kesehatan
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), drg Widyawati, MKM, menambahkan bahwa peran AI dalam akses informasi kesehatan sebaiknya hanya dianggap sebagai pelengkap.
Masyarakat wajib untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan jika mengalami gejala sakit.
ChatGPT dan chatbot AI sejauh ini dapat membantu sebagai pelengkap.
Tetapi belum bisa menggantikan peran tenaga kesehatan.
"AI hanya memberikan jawaban berdasarkan pertanyaan yang diajukan tanpa memahami situasi sebenarnya dari pengguna,” jelas Widyawati.
Ia mengingatkan bahwa AI hanya dapat memberikan jawaban umum sesuai data yang dimiliki.
Teknologi ini tidak dapat melakukan penilaian situasi yang dialami pengguna secara spesifik.
“Sebaiknya, tetap berkonsultasi dengan dokter atau mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan yang tepat,” tambahnya.
Bijak dalam Menggunakan Teknologi AI