Pergerakan cepat kelompok oposisi ini mengejutkan banyak pihak, termasuk pasukan militer rezim Assad yang disebut kehilangan koordinasi dan semangat perlawanan.
Keberhasilan pemberontak ini diawali dengan merebut Aleppo pada 30 November, diikuti oleh Hama pada 5 Desember, dan Homs beberapa hari setelahnya.
Serangan mereka akhirnya mencapai ibu kota Suriah pada Minggu pagi, menandai kejatuhan rezim Bashar Al-Assad yang telah memerintah selama dua dekade, menggantikan ayahnya, Hafez Al-Assad.
BACA JUGA:Iran Luncurkan Drone dan Rudal ke Israel, Pembalasan Atas Dugaan Serangan Israel di Suriah
Situasi Pascakejatuhan Assad
Laporan menyebutkan bahwa Bashar Al-Assad telah melarikan diri dari Damaskus, meski keberadaannya berada di Moskow Rusia.
Sementara itu, Perdana Menteri Mohammad Jalali menyerukan kerja sama antara oposisi dan masyarakat Suriah untuk menghindari kehancuran lebih lanjut.
“Pemerintahan sementara akan segera dibentuk untuk memastikan transisi damai,” ujarnya. Saya tetap berad di rumah karena bagian dari negara ini,''jelasnya
Namun, kekhawatiran muncul terkait masa depan Suriah di bawah kendali HTS, mengingat kelompok tersebut memiliki sejarah terkait jaringan ekstremis di masa lalu. .
Meski saat ini mereka menyuarakan pesan rekonsiliasi dan nasionalisme, skeptisisme masih kuat di kalangan masyarakat internasional.
Kejatuhan Assad membawa dampak geopolitik signifikan, terutama terhadap pengaruh Iran di kawasan.
Suriah selama ini menjadi kunci bagi Iran dalam mendukung kelompok Hizbullah di Lebanon dan faksi-faksi lainnya di Timur Tengah.
Kini, Poros Perlawanan yang dipimpin Iran berada dalam posisi rentan, sementara sekutu Assad seperti Rusia memilih fokus pada konflik domestik masing-masing.
Pemerintahan sementara di Suriah (syiria) akan segera dibentuk untuk memastikan transisi damai--
BACA JUGA:Syurahbil bin Hasanah, Teman Dekat Nabi Sang Penakhluk Suriah yang Wafat Sebab Wabah ‘Amwas