BACA JUGA:Outfit Kuliah Kekinian Ala Gen Z: Nyaman, Modis, dan Tetap Hits di 2024
Platform seperti Instagram atau TikTok mendorong budaya highlight reel, di mana pengguna cenderung hanya membagikan momen terbaik dalam hidup mereka.
Unggahan liburan, perayaan, atau pencapaian sering kali terlihat sempurna dan jauh dari kenyataan sehari-hari.
Hal ini menciptakan ilusi bahwa kehidupan orang lain lebih menarik atau lebih sukses, yang memperbesar tekanan untuk tetap relevan dan terus mengikuti tren.
Sebagai contoh nyata, seorang mahasiswa pernah merasa tertekan setiap kali melihat teman-temannya mengunggah foto liburan ke luar negeri selama libur semester.
BACA JUGA:Tips Skincare Simpel dan Praktis untuk Liburan Outdoor ala Gen Z!
BACA JUGA:Liburan di Musim Hujan Tanpa Drama: Ini Rahasia Gen Z Agar Tetap Asyik!
Meskipun memiliki rencana liburan sederhana bersama keluarga, unggahan-unggahan tersebut membuatnya merasa kurang berharga dan tidak cukup "menarik".
Rasa iri ini membuatnya terus-menerus memantau media sosial, hanya untuk berakhir merasa semakin buruk tentang dirinya sendiri.
Pengalaman ini menunjukkan bagaimana FOMO dapat mengganggu kebahagiaan seseorang dalam menikmati momen yang sebenarnya berharga.
Generasi Z, yang tumbuh di era digital, memiliki karakteristik yang membuat mereka lebih rentan terhadap FOMO.
BACA JUGA:Self-Care di Tengah Liburan Akhir Tahun 2024: Ide Relaxing Vacation Ala Gen Z
BACA JUGA:Packing Ala Gen Z: Barang Wajib Biar Liburan Akhir Tahun Makin Estetik dan Praktis
Sebagai generasi yang sangat digital-savvy, interaksi sehari-hari mereka banyak bergantung pada teknologi, terutama media sosial.
Platform digital menjadi bagian penting dari kehidupan mereka, baik untuk berkomunikasi, belajar, maupun mengekspresikan diri.
Ketergantungan ini memunculkan fear of disconnection, yaitu rasa takut ketinggalan informasi atau tidak terlibat dalam percakapan penting di dunia maya.