Kekalahan ini tidak hanya terasa menyakitkan di lapangan, tetapi juga mengguncang media sosial. Akun resmi Semen Padang FC (SPFC) dibanjiri komentar pedas dari para suporter.
Banyak yang mempertanyakan kualitas para pemain dan meminta CEO klub untuk bertanggung jawab atas performa buruk tim yang sempat tampil meyakinkan di Liga 2.
Salah satu komentar berbunyi, “Bubar-bubarin aja, main seperti ini di Liga 2 saja!”
Sementara yang lain mengungkapkan kekecewaan dengan gaya bahasa Padang yang khas, menganggap Semen Padang sebagai "badut" di Liga 1.
Komentar lain seperti “Kabur apa admin Semen Padang FC ini,” mengomentari ketidakhadiran akun resmi dalam memberikan pembaruan hasil akhir pertandingan, seolah-olah menghindar dari kemarahan suporter.
BACA JUGA:Duel Tim Promosi Liga 1, Siapa yang Bermental Juara di Liga 2 2023, PSBS Biak atau Semen Padang FC?
Analisis Permainan: Kelemahan di Semua Lini SPFC
Jika melihat permainan di lapangan, kelemahan Semen Padang FC (SPFC) terlihat di semua lini.
tim Kabau Sirah kesulitan mempertahankan tempo permainan dan menjaga konsistensi di lini tengah, yang berujung pada minimnya dukungan bagi lini depan.
Hal inilah yang membuat Dewa United leluasa mendominasi lapangan tengah, mengalirkan bola dengan efektif ke depan.
Dalam laga ini, pertahanan Semen Padang juga menjadi sorotan utama. Terlihat dari mudahnya Dewa United menembus lini belakang dan menciptakan peluang, di mana Egy Maulana Vikri dan Alex Martins berulang kali lolos dari kawalan bek.
Hasilnya, delapan gol bersarang di gawang Semen Padang yang dikawal oleh Teguh Amiruddin.
Minimnya kerja sama antar pemain juga memperburuk situasi di lapangan, yang akhirnya memperlihatkan kelemahan taktik dan mental pemain.
Jan Olde Riekerink Bawa Kejutan
Di sisi lain, kemenangan besar ini menjadi catatan positif bagi Dewa United yang kini berada di peringkat ke-10 klasemen dengan 11 poin.