Selain kasus di Banjarmasin, masih ada beberapa kasus lain terkait buah kecubung di Indonesia. Oleh karena itu penting untuk selalu waspada dan tidak sembarangan mengonsumsi tanaman liar.
Buah kecubung ini sebenarnya tidak dianjurkan untuk dikonsumsi karena mengandung zat-zat alkaloid tropana seperti atropin, skopolamin, dan hiosiamin yang beracun dan bersifat psikoaktif.
BACA JUGA:Meninggalnya Dokter Helmi Bukti Bahwa Pemerataan Kesehatan di Tanah Air Belum Baik-baik Saja
Konsumsi buah kecubung dapat menyebabkan berbagai efek samping yang berbahaya, seperti efek paling umum dari konsumsi buah kecubung adalah halusinasi.
Konsumsi dosis tinggi dapat menyebabkan delirium, kebingungan, dan kehilangan kesadaran, dalam kasus yang parah, konsumsi buah kecubung dapat menyebabkan kejang.
Tidak hanya itu jika terlalu berlebihan mengkonsumsi, buah ini dapat menyebabkan kematian.
Meskipun ada beberapa klaim yang menyebutkan bahwa buah kecubung memiliki manfaat dalam pengobatan tradisional, penggunaannya harus dengan sangat hati-hati dan di bawah pengawasan ahli.
BACA JUGA:Di Balik Malam Sejuk IKN, Ini Cerita Menhub yang Tinggal di Ibu Kota Negara
Kandungan racun dalam buah kecubung dapat bervariasi tergantung pada spesies, bagian tanaman, dan kondisi lingkungan. Hal ini membuat sulit untuk menentukan dosis yang aman untuk dikonsumsi.
Efek samping yang tidak terduga dari konsumsi buah kecubung dapat bervariasi antar individu dan tidak selalu dapat diprediksi.
Penelitian ilmiah tentang manfaat dan keamanan buah kecubung masih sangat terbatas bahkan banyak obat dan terapi lain yang lebih aman dan efektif untuk mengatasi berbagai kondisi kesehatan.
Oleh karena itu, sangat penting untuk tidak mengonsumsi buah kecubung tanpa pengetahuan dan pengawasan yang memadai.
BACA JUGA:Pertama di Dunia, Bukit Asam dan BRIN Kembangkan Batu Bara untuk Bahan Baku Baterai Li-ion
BACA JUGA:Beri Layanan Kesehatan, MataHati Adakan Pemeriksaan Jantung Sehat Gratis ke Masyarakat