Dia menegaskan, jadi dengan merawat gajah bukan perkara mudah. Mendiagnosis penyakit pada gajah tidak semudah mendiagnosis penyakit pada hewan lainnya. Pada gajah, gejala baru akan muncul saat kondisi sudah parah.
BACA JUGA:Menteri Perdagangan Tindak Tegas Kapal Tanker Ilegal di Palembang! Ini Modusnya...
BACA JUGA:Dua Bocah Perempuan yang Hanyut dan Tenggelam di Sungai Enim Ditemukan Tim SAR Gabungan
"Tubuhnya lemah, jalannya lunglai, mata sayu, nafsu makan berkurang. Tidak hanya itu, jumlah kotoran berkurang dari biasanya. Kadang juga diare. Pemeriksaan kesehatan harus rutin dan segera dilakukan," jelas Wahyu.
Lanjut dia, jika gejala berlanjut, maka harus juga dengan cek laboratorium darah, feses, dan urin. Termasuk kerjasama dengan mahout atau pawang sangat penting untuk mengetahui riwayat kesehatan gajah.
“Pastinya, kami akan bertanya ke mahout, apa yang dimakan gajah asuhannya beberapa hari terakhir. Bagaimana nafsu makan minumnya, tingkah laku, kondisi feses dan urin serta catatan medis lain pendukung untuk memastikan riwayat keseharian,” terang pria lulusan Pendidikan Dokter Hewan Universitas Udayana Bali itu.
Selain itu, tambahnya kesehatan seekor gajah tidak semata tergantung pada gajahnya saja, melainkan juga pada lingkungannya. Semakin berkurang (atau mengecil) habitatnya, nutrisi yang tersedia akan semakin sedikit.
BACA JUGA:Dapat Laporan Jembatan Penghubung 2 Desa di Ogan Ilir Amblas, Dinas PUPR Langsung Turun Perbaiki
Jadi, alhasil, gajah harus disuplai dengan suplemen buatan manusia. Untuk diketahui gajah adalah hewan cerdas dan juga manja serta jahil.
Ia menceritakan, banyak kesan cerita saat merawat gajah, yang sehat, sakit, gajah hamil maupun merawat anak gajah.
"Ketika sakit, sifat manjanya keluar. Bahkan, pawangnya [mahout] harus menunggu. Bila tidak dituruti, dia gelisah," tuturnya.
Sebenarnya, diungkapkan Wahyu, dalam merawat hewan tidak cukup dengan pengetahuan medis saja perlu naluri dan kesungguhan.
BACA JUGA:Tekan Laju Inflasi, Pemkab Banyuasin Gencar Adakan Operasi Pasar Murah
"Untuk merawat satwa, kita harus bermain dengan perasaan dan naluri sebab mereka tidak bisa bicara. Kitalah yang berusaha mengerti apa yang mereka rasakan,” ujarnya.