SUMEKS.CO - Mengapa saat penentuan atau penetapan awal Ramadan khususnya di Indonesia selalu berbeda-beda?
Jawabannya adalah terdapat perbedaan waktu dan teknik dalam penentuan awal bulan Ramadan.
Dirangkum dari berbagai sumber, Minggu 10 Maret 2024, disebutkan bahwa bulan adalah satelit alami yang selalu mengitari bumi, maka penampakan bulan akan berubah sewaktu-waktu.
Dimulai dari bulan sama sekali tidak terlihat, lalu muncul bulan sabit tipis kemudian makin terlihat melebar hingga bentuk lingkaran bulat sempurna (purnama).
BACA JUGA:Hilal Terhalang Cuaca, Kemenag Sumsel Tetapkan Awal Puasa 1 Ramadan 1445 Hijriah Pada 12 Maret 2024
Selanjutnya, bulan akan kembali membentuk bulan sabit yang semakin mengecil dan bulan tidak terlihat lagi.
Perubahan bulan inilah yang yang kemudian menjadi acuan dalam penanggalan kalender Kamariah.
Penampakan bulan sabit yang sangat tipis inilah yang menjadi pertanda bahwa bulan baru dalam penanggalan Kamariah.
Namun, dalam praktiknya sering terjadi perbedaan dalam penetapan awal bulan Ramadhan, Syawal hingga Zulhijjah.
Pertanyaannya, kenapa bisa demikian? Jawabnya lantaran perbedaan kriteria dari teknik pelaksanaan metode penetapan.
Dalam artikel berikut ini, juga akan dijelaskan tiga metode penutupan awal bulan Kamariah.
1. Metode Rukyatul Hilal
Dalam arti bahasanya, Rukyatul Hilal adalah aktifitas pengamatan secara visual atau visibilitas hilal saat matahari terbenam tepat pada tanggal 29 bulan Kamariah.
BACA JUGA:Pawai Obor, Warisan Budaya yang Menyambut Ramadan dengan Cahaya dan Keceriaan