SUMEKS.CO - Abdus Somad al-Palembani tidak hanya berdedikasi pada persoalan keagamaan di tanah air, perhatiannya juga tertuju pada masalah kolonialisme.
Hal itu terungkap dalam kitab berjudul Nasihah al-Muslimin wa Tazkirah al- Mu'minin fi Fada'il al-Jihad fi Sabil Allah wa Karamah al-Mujahidin.
Setelah kembali ke Palembang pada proses menuntut ilmu di Mekah, Abdus Somad al-Palembani, kecewa karena tanah kelahirannya sudah dijajah Hindia Belanda dan peran kesultanan dalam perlawanan sangat minim.
Kekecewaan itu membuat Abdus Somad kembali lagi ke Mekah, namun demikian tidak membuat Abdus Somad al-Palembani melupakan negeri leluhurnya.
Syeikh Abdus Somad al-Palembani tetap memberikan perhatian besar pada perkembangan sosial, politik, dan keagamaan di Nusantara.
Perjuangannya menuntut ilmu di Masjidil Haram dan tempat-tempat lainnya, mengangkatnya menjadi salah seorang ulama Nusantara yang dihormati di kalangan ulama Nusantara, bahkan Arab sekalipun.
Sedangkan dalam kekaryaan, Sheikh Abdus Somad al-Palimbani termasuk dalam klasifikasi pengarang yang produktif.
Nama Abdus Somad adalah yang paling menonjol di bidang tasawuf di Palembang dengan dua buah karyanya yang paling terkenal dan masih beredar di pasaran kitab sampai sekarang, yaitu Hidayatus Salikin dan Siyarus Salikin.
Selama di Mekah, dia bergiat dalam pengajaran dan penulisan kitab-kitab dalam beberapa bidang pengetahuan keislaman, terutamanya tentang tasauf, fikah, usuluddin dan lain-lain.
Sedangkan untuk menunjukkan sikap antinya kepada penjajah, Abdus Somad mengarang sebuah buku tentang jihad.
Buku yang penting itu berjudul Nasihatul Muslimin wa Tazkiratul Mu’minin fi Fadhail Jihadi fi Sabilillah wa Karamatul Mujtahidin fi Sabilillah.
Sebelum menulis kitab tersebut, Abdus Somad terlebih dahulu dikabarkan persoalan di Kedah, oleh sebab itu diceritakan kepulangan dia ke nusantara untuk kedua kalinya tidak ke Palembang tetapi ke Kedah.