Sosok Abu Nawas merupakan tokoh yang terkenal dari cerita 1001 Malam ini dikenal karena kejenakaan serta kecerdasannya.
Berbagai kisah tentangnya telah tersebar ke penjuru dunia. Hal ini menimbulkan pertanyaan di benak masyarakat tentang keberadaan Abu Nawas di dunia nyata.
Bahkan beberapa netizen saling berdebat bahwa Abu Nawas hanyalah tokoh dari cerita fiksi yang tidak pernah ada di dunia nyata.
Seperti yang dituliskan dibuku Philip E Kennedy yang berjudul Abu Nawas A Genius of Poetry, siapa sangka ternyata Abu Nawas pernah hidup di dunia nyata.
BACA JUGA:Bikin Geli! Kisah Malaikat Munkar dan Nakir Dikelabui oleh Abu Nawas
Abu Nawas memiliki nama lengkap Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami, seorang pria yang lahir di Persia pada 145 Hijriah atau 756 Masehi.
Ayah Abu Nawas adalah seorang anggota legiun militer Marwan II. Tumbuh remaja, Abu Nawas harus menghadapi kenyataan bahwa ayahnya meninggal di medan perang dan dia menjadi yatim.
Abu Nawas lalu dikirim ke Bashrah, Irak, untuk menempuh pendidikan. Bahkan sempat menduduki posisi gemilang sebagai penyair berbakat di Arab.
Bersama Abu Zaid al-Anshari dan Abu Ubaidah, dia melakukan perjalanan ke berbagai negara guna memperhalus bahasa arabnya dan menambah pengetahuannya. Dia bahkan dekat dengan berbagai bangsawan di Baghdad.
BACA JUGA:Kekeh Tak Percaya Tuhan, Abu Nawas Jawab dengan Tamparan, Baginda Raja Kagum
Sedari kecil Abu Nawas sudah menjadi anak yang cerdas dan pada akhirnya dia menunjukkan kemampuan sastranya yang luar biasa. Dia berkumpul bersama penyair-penyair hebat dan mulai berkarya.
Namun karena ulahnya yang membaca puisi yang menyinggung khalifah, akhirnya Abu Nawas dipenjara. Hidupnya setelah itu tidak menentu.
Pada akhirnya Abu Nawas ditemukan meninggal dunia pada tahun 814 Masehi dan dimakamkan di Syunizi. Abu Nawas meninggal dalam keadaan tragis karena dianiaya oleh keluarga bangsawan yang iri terhadap kemampuannya.
Kisah jenaka yang selalu ditampilkan di setiap peran Abu Nawas dicerita 1001 Malam merupakan berbagai pengalaman hidup yang pernah dialami oleh Abu Nawas.
BACA JUGA:Penyair dan Sastrawan Kelar oleh Abu Nawas, Kucing dan Tikus Tundukkan Raja
Dia tidak pernah ingin menuliskan kisah hidupnya dengan berurai air mata, makanya gaya bahasa jenaka menjadi pilihannya. (*)