Berjarak Ribuan Kilometer dari Palembang, Seni Pahat Megalit Besemah Mirip Yunani dan Amerika, Kok Bisa?

Kamis 28-09-2023,11:58 WIB
Reporter : Iwan
Editor : Iwan

Adapun yang diyakini berbagai ras itu, Jeme Kam-kam, Jeme Nik dan Jeme Nuk, Jeme Ducung, Jeme Aking,dan Jeme Rebakau, jJeme Sebakas ; Jeme Rejang dan Jeme Berige.

Masing-masing ras tersebut memiliki ciri yang berbeda. Jeme Nik dan Jeme Nuk memiliki badan yang tinggi besar, hidung

mancung, dan kulit putih kemerahan.

BACA JUGA:Megalitik Besemah Juara I API 2021

Jeme Ducung perawakan tubuknya kecil, pendek tetapi memiliki kelincahan.

Jeme Aking juga tinggi besar, kekar, kulitnya merah keputihan, dan memiliki pendirian yang keras. Jeme Rebakau berperawakan sedang.

Sedangkan Jeme Sebakas postur tubuhnya seperti orang-orang Melayu sekarang. Demikian pula jeme Rejang dan jeme Berige tidak jauh beda dengan jeme Sebakas.

Dalam cerita versi Plato, Atlantis digambarkan mempunyai kekuatan maritim dahsyat, dan berada di depan “Pilar-pilar Hercules.” Tanahnya subur, rakyatnya makmur. 

Atlantis digambarkan surga di bumi. Plato mengatakan, Atlantis  hadir sekitar 9.000 tahun sebelum mazhab Solon, atau 9.600 tahun sebelum zaman Plato hidup.

BACA JUGA:Merinding Ada Masjid ‘GAIB’ di Puncak Gunung Dempo, Jamaah Banyak, Mahasiswi Nyaris Ikutan

Namun, kejayaan Atlantis, kata Plato, mulai pudar setelah gagal menguasai Athena, negeri para dewa dan dewi. Petaka menimpa Atlantis sehingga pulau itu hilang ditelan laut dalam hitungan hari. 

Para penghuni yang selamat pergi mencari tempat baru. Atlantis akhirnya menjadi “surga yang hilang” dan penuh misteri hingga saat ini.

Tidak menutup kemungkinan penghuni Atlantis yang selamat itu mendiami kaki Gunung Dempo ribuan tahun. Hingga meninggalkan ribuan hasil karya megalitikum, yang masih berserakan di Kaki Gunung Dempo, hingga saat ini.

Salah satunya ilmuan Brasil Profesor Arysio Santos dalam bukunya "Atlantis: The Lost Continent Finally Found", dengan tegas menyebutkan Atlantis berada di Indonesia, tepatnya di Laut Jawa. 

Daerah yang dahulu disebut Nusantara, yang kini sebagai menjadi Indonesia merupakan pusat peradaban manusia di dunia. Plato, filsuf Yunani yang hidup priode 427 hingga 347 SM, mencatat cerita benua yang hilang itu dalam karyanya, Timaeus dan Critias. 

BACA JUGA:Bukan Palembang, Pemukiman Kecil di Kaki Gunung Dempo ini Awal Misionaris Kristen Menapak di Sumsel

Kategori :