“Sudah ditunggu cukong-cukong kayu dengan mobil pengangkut mereka. Transaksi tunai, langsung dibawa kayu-kayu itu,” beber K.
Informasi dihimpun, kawasan TNKS di wilayah seksi V Lubuklinggau pada 2014 tercatat 3.158 hektare yang mengalami kerusakan parah.
Terpisah, Kepala Bidang Pengelolaan Taman Nasional (PTN) Wilayah III Sumsel-Bengkulu, M Mahfud mengungkapkan, kerusakan TNKS di wilayah III Sumsel-Bengkulu saat ini mayoritas akibat perambahan hutan untuk dijadikan lahan pertanian.
Luas kawasan TNKS di wilayah III itu mencapai 172.000 hektare.
“Tingkat kerusakannya berkisar 4-5 persen,” jelasnya.
Pemulihan ekosistem kawasan TNKS yang berubah fungsi pada 2023 ini dilakukan di wilayah Kabupaten Muratara dan Bengkulu berupa suksesi alami.
“Kita menentukan lokasi-lokasi yang memang sudah ditumbuhi tanaman secara alami, namun pertumbuhannya terganggu. Kita lakukan pembersihan gulma yang mengganggu pohon atau anakan-anakan dari tegakan itu,” jelas Mahfud.
Kawasan yang telah berubah fungsi ini dilakukan pemulihan ekosistem berupa tanaman karet untuk wilayah Sumsel.
Sedangkan untuk wilayah Bengkulu di bekas kebun yang sudah ditinggalkan dilakukan pembersihan agar tumbuhan kayu atau tanaman lainnya tidak terganggu.
TNKS merupakan taman nasional terbesar di Sumatera. Gabungan dari 17 kelompok hutan yang semuanya merupakan bagian hutan lindung register tahun 1921-1926 serta cagar alam dan suaka margasatwa yang ditetapkan dalam kurun waktu 1978 -1981. Luasnya 1.368.000 hektare.
Wilayahnya meliputi empat provinsi yakni Sumsel, Jambi, Sumbar, dan Bengkulu. Masuk 14 kabupaten dan 2 kota.
Ada sekitar 4.000 spesies tumbuhan, termasuk bunga terbesar di dunia rafflesia arnoldi dan bunga tertinggi di dunia, amorphophallus titanum.