BACA JUGA:PLTS Irigasi Bukit Asam (PTBA) Jadi Andalan Petani Desa Nanjungan Kabupaten Lahat
Yaitu dengan melakukan frementasi jagung dan ampas tebu. Juga memanfaatkan bahan bahan limbah lokal dari pertanian itu sendiri.
''Dan alhamdulillah, pakan ternak alternatif tersebut diterima dengan baik oleh peternah daerah itu.''
Memang lanjutnya, racikan pakan ternak, khusus unggas dan kambing ini, masih sangat terbatas dari berbagai sektor.
Nah, pulang ke kampung halaman, Kabupaten Lahat, Visista pastinya membawa racikannya dan menerapkan dengan peternak lokal.
''Bagus sekali diterapkan karena berhasil mengurangi beban peternak itu sendiri. Yang biasanya 'mengarit' untuk memberi makan ternak milik mereka.
Dan kebetulan Provinsi Sumatera Selatan punya program Sumsel Mandiri Pangan. Dirinya, kata Visista menajdi salah satu pendamping peternak.
''Melalui celah inilah saya ingin peternak tak hanya di Lahat tapi juga Sumatera Selatan bergerak melakukan gerakan pakan ternak alternatif.''
BACA JUGA:Pemda Lahat Optimalkan PAD dari Pajak Daerah, TPP ASN Cair Juni, Pilkades 28 Desember
Diakui, sejumlah kendala kerap ditemui dilapangan, kala mencoba memberikan masukkan kepada peternak.
Apalagi jika dibandingkan dengan pakan ternak industri yang biasa peternak lokal gunakan.
Namun itu tidak menyurutkan langkahnya. Di dua wilayah yang didampingingi, Desa Karang Agung dan Merapi Timur, gagasan dirinya cukup mendapat respon positif.
Dirinya juga mencoba membuat program untuk peternak rumah rumah tangga yaitu 1 Rumah 1 Ayam.
''Agar teman-teman disekitar kita punya ternak dan soal pakan ternak dapat dikembangkan secara mandiri di rumah.''
Misalnya di Lahat, begitu banyak limbah kulit kopi yang belum diberdayagunakan.
''Hanya menumpuk dan dibuang begitu saja. Sementara jika kita berfikir, limbah kulit kopi dapat saja diolah menjadi pakan ternak alternatif yang sehat dan murah.''