“Tapi memang lebih dalam bentuk emas. Karena tidak bisa buat tabungan,” imbuhnya.
Menurutnya, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, warga SAD tidak terlalu banyak pengeluaran.
Karena secara turun temurun mereka bergantung hidup dari alam.
Memanfaatkan semua sumber daya yang ada di hutan.
Kadang setiap 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun mereka akan pindah ke lokasi baru.
Tujuannya untuk menjaga kelestarian alam dan ekosistem hewan yang menjadi buruan utama mereka.
Dalam satu kelompok, yang melakukan perburuan hanya kaum adam.
Sedangkan kaum perempuan tetap tinggal di tenda/pondok.
Selain menjaga anak-anak, juga harta mereka.
“Selain uang dan emas, pusaka dan yang berharga lain juga dikubur dalam tanah.
Pakai plastik dulu, lalu bungkus gunakan kain, seperti buntelan,” bebernya.
Untuk kamuflase, kadang pada bagian atas ‘kuburan harta’ itu jadi tungku tempat masak. Atau barang lain.
“Tapi ada juga yang simpan uang atau emas di bawah tempat tidur. Kalau mau pindah, baru gali lagi barang-barangnya,” tambah Jafarin.