Muhammadiyah menjadi tempat berkumpulnya para filantropi muslim, yang rela mewakafkan harta, tanah, maupun ilmunya untuk dikelola Muhammadiyah.
Para dermawan yang sudah selesai dengan dirinya sendiri itu bermunculan dari seluruh pelosok negeri. Bahkan di daerah terpencil dengan minoritas muslim.
Soal wakaf dan zakat adalah soal kepercayaan. Dan hal itulah yang dijaga betul oleh Muhammadiyah.
Dan kepercayaan dalam pengelolaan aset wakaf dan zakat para donatur itu pulalah yang menjadi salah satu kunci berkembang pesatnya organisasi ini.
Ingat film “Laskar Pelangi” yang hits beberapa tahun lalu? Lintang dan pasukan bocah tangguh yang menjadi tokoh di novel karya Andrea Hirata itu disebutkan adalah siswa SD Muhammadiyah Gantong, Belitung.
Bayangkan, di era 1970 an, di sebuah pulau yang terpencil di tengah lautan, sudah ada dermawan setempat yang mewakafkan tanahnya untuk menjadi sebuah sekolah.
Meskipun, jika bisa disebut sekolah, bangunan SD itu begitu menyedihkan. Hanya ada dua ruang kelas dengan dinding kayu yang reot. Yang atapnya bolong-bolong sehingga siswa akan kehujanan jika hujan.
Dengan sebuah tiang bendera lusuh di halaman sekolah, yang mengobarkan semangat nasionalisme siswa-siswa yang bersekolah dengan seragam apa adanya. Bahkan siswa sering hadir tanpa bersepatu.
Miris. Namun pendidikan tetap harus ada. Pendidikan harus jalan terus. KH Ahmad Dahlan telah membuktikan, lewat pendidikan yang mencerahkan, umat bisa membangun martabat.
Pendidikanlah yang membentuk logika berpikir, yang kemudian akan menghasilkan output berupa akhlak dan adab.
Dan itu semua akan menjadi dasar untuk memahami agama secara benar. Sesuai dengan Al Quran dan hadist Rasulullah.
Sesuai dengan penggalan kata dari KH Ahmad Dahlan yang populer, “Teladan yang baik adalah khotbah yang paling jitu.”
Baru-baru ini, Muhammadiyah juga merambah bidang perhotelan dengan mendirikan Suara Muhammadiyah (SM) Tower and Convention di Yogyakarta.
Hotel megah yang banyak menampilkan ornamen islami modern itu berlantai delapan dengan fasilitas premium. Hotel itu dibangun secara mandiri selama 1,5 tahun tanpa sepeserpun utang dari bank.
Langkah ini menandai dimulainya dakwah Muhammadiyah di bidang ekonomi. Setelah menjadi pioner di bidang pendidikan dan character building, tampaknya Muhammadiyah juga ingin menjadi role model dalam membangun sarana umum.
Pembangunan yang tidak mengandalkan utang, termasuk investasi asing Membangun dengan sistem yang baik dan halal.