Sejak itu, pria itu berjanji untuk memperbaiki sikapnya.
Tertulis di dalam Tafrihul khathir fi manaqib asy syaikh abdul qadir dan manaqib syekh abdul qadir dari kisah diatas, dapat dipetik pelajaran:
Pertama, Syekh Abdul Qodir Zaelani adalah seorang yang telah mencapai derajat kewalian yang tinggi, sehingga menyandang gelar Sultanul Aulia alias Rajanya para Wali.
Kedua, karena keluhuran derajatnya Syekh Abdul Qodir Zaelani memiliki karomah yang luarbiasa.
BACA JUGA:Syekh Abdul Qadir Jaelani, Sosok yang Membuat Perampok Menangis Karena Kejujurannya
Salah satunya karomah menyelamatkan orang-orang yang mencintainya;
Ketiga, hadirnya para wali di majelis-majelis yang mulia, dan nyatanya pertolongan mereka kepada orang-orang yang berwasilah dengan mereka;
Keempat, zuhud bukan berarti menolak dunia, melainkan tidak bergantungnya hati pada dunia dan tidak menjadikan dunia sebagai tujuan hidup.
Justru dengan zuhud dunia menjadi saranan mencapai ridho Allah SWT.
BACA JUGA:Kisah Iblis Ingin Menipu Syekh Abdul Qadir Jaelani Lewat Air Minum yang Berwadah Terbuat dari Perak
Sebab kunci zuhud terletak pada ketidaktertarikan hati pada dunia, bukan pada banyaknya harta.
Kelima, betapa murahnya hati Syekh Abdul Qodir Zaelani sampai merelakan 40 ekor kuda untuk mengobati orang yang mencintainya;
Sikap itu seklaigus mementahkan prasangka buruk terhadap dirinya sebagai pecinta dunia yang jauh dari sifat zuhud;
Keenam, tidak boleh berburuk sangka kepada sesama manusia, sebab boleh jadi dia adalah wali atau kekasih Allah.
BACA JUGA:Kisah Iblis Ingin Menipu Syekh Abdul Qadir Jaelani Lewat Air Minum yang Berwadah Terbuat dari Perak
Sementara dari wali-wali Allah banyak perkara luar, diluar nalar sebagai bentuk karomahnya. *