PALEMBANG, SUMEKS.CO – Fakta kenapa kawasan Jl Letnat Murod, Km 5 Palembang disebut Talang Ratu, terungkap. Dulu kawasan tersebut banyak tanaman pohon Bidara.
Talang secara harfiah diartikan sebagai daerah yang tanahnya ditumbuhi tanaman atau kebun serta dijadikan pemukiman oleh masyarakat.
Salah satu daerah di Kota Palembang, Sumatera Selatan dinamai Talang Ratu. Yakni sebuah kawasan yang kini padat penduduk di Palimo (Km5).
Sejarahwan Kota Palembang, menulis konon salah satu sultan di era Kesultanan Palembang Darussalam yakni Sultan Muhammad Mansur bin Sultan Abdurrahman Candi Walang yang berkuasa pada tahun 1706-1714 diberi gelar ratu.
BACA JUGA:Banyak Nama Kawasan Palembang Berawal Kata Talang, Nomor 7 Jadi Legenda
Diceritakan, ketika Sultan Ratu, pulang dari sebuah ekspedisi ke daerah Jambi, dalam perjalanannya beliau singgah di suatu lokasi tanah dataran tinggi yang disebut talang.
Talang tersebut kemudian oleh Sultan Ratu, ditanami pohon-pohon Bidara dan dibuatlah seperti kebun raya atau dahulunya biasa disebut Benuaran.
Selain pohon Bidara yang berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit, Sultan Ratu juga menanam pepohonan rindang serta tanaman yang menghasilkan aneka buah-buahan.
Talang ini kemudian disebut dengan Talang Ratu sesuai dengan nama Sultan Ratu. Yaitu kawasan yang sekarang terletak di l wilayah Palimo, Kecamatan Ilir Timur I, Kota Palembang.
BACA JUGA:Nama Talang Keramat, Ternyata Berawal dari Kisah Pilu Sang Buaya Berwujud Manusia
Benuaran Talang Ratu ini kemudian diserahkan sebagai pemberian hadiah oleh Sultan Ratu Muhammad Mansur kepada anaknya, Pangeran Cakra Diningrat.
Selain itu, anak Sultan Ratu Pangeran Cakra Diningrat membuat Benuaran baru di dalam Batanghari Kumbang di area Sungai Kumpi.
Dalam manuskrip Palembang disebutkan:
“…Bermula Pangeran Cakra Diningrat putera Sultan Muhammad Mansur ibn Suhunan Abdurrahman, maka Pangeran Cakra Diningrat itulah yang punya benuaran Talang Ratu itu. Sekalian pohon-pohon Bidara pemberian Sultan Muhammad Mansur kepada Pangeran Cakra Diningrat. Syahdan, kemudian dari itu maka Pangeran Cakra Diningrat membuat pula benuaran di dalam batanghari kumbang di kiri mudik di dalam Sungai Kumpi…"
BACA JUGA:Bangunan Museum Tekstil Sumsel Dulu Digunakan Sebagai Kantor Gubernur Pemerintahan Hindia Belanda