Di komplek Makam Putri Pinang Masak ini, terdapat empat makam. Yakni, makam Juru Pedang yang bertanggungjawab dengan keselamatan putri, makam Juru Tepak yang bertanggungjawab dengan perlengkapan Putri Pinang Masak, serta makam Juru Payung yang membantu seluruh keperluan putri.
"Kemudian, di dalam dusun Senuro ada satu makam lagi, yakni Makam Jaksa Manggul atau Hulu Balang Putri yang dahulu kala bertugas mencari jalan pelarian putri," jelasnya.
Adapun menurut cerita rakyat yang beredar, Putri Pinang Masak adalah seorang putri yang memiliki nama Nafisah dan berasal dari daerah Banten, Jawa Barat. Kecantikan putri Nafisah membuatnya dijuluki Putri Pinang Masak. Kecantikannya menjadi buah bibir kalangan masyarakat.
Kabar kecantikan sang putri sampai kepada Sultan Palembang dan dia berhasrat untuk meminangnya. Sultan Palembang mengutus pengawalnya agar membawa sang putri ke istana untuk dijadikan gundik.
BACA JUGA:Objek Wisata di Kota Prabumulih Ini Wajib Dikunjungi
Mendengar kabar penjemputan tersebut, sang putri mencari akal untuk dapat lepas dari muslihat Sultan Palembang. Ia merebus jantung pisang dan air rebusan itu dilumurkan ke tubuhnya. Akibatnya, sang putri terlihat hitam pekat, kotor dan menjijikkan.
Para pengawal membawa sang putri ke hadapan Sultan Palembang. Sultan Palembang merasa tertipu oleh wujud sang putri yang buruk itu dan mengembalikkannya.
Selang beberapa waktu, terdengar lagi kabar tentang kemolekan sang putri ditelinga Sultan Palembang. Sultan Palembang menyuruh bawahannya untuk menyelidiki kenyataan sebenarnya. Hasilnya, terkuaklah tipu muslihat sang putri.
Sultan Palembang pun murka dan memerintahkan pengawalnya menangkap sang putri. Mereka tidak berhasil, karena sang putri melarikan diri ke sebuah daerah terpencil yang tak mungkin ditemukan Sultan Palembang. Sang Putri tinggal dengan pengikutnya dan nama daerah tempat tinggal mereka di beri nama Desa Senuro.
BACA JUGA:Bukit Siguntang, Saksi Bisu Putri Cantik yang Mempunyai Kesaktian Luar Biasa
Berubahlah nama sang putri menjadi Senuro untuk menghilangkan jejak dari kejaran pengawal Sultan Palembang. Disana sang Putri bertemu seorang pemuda bergelar Usang Sungging. Keduanya mengikat cinta dan akan menikah.
Namun pernikahan tersebut tidak pernah terjadi, karena kemudian sang putri menderita sakit parah dan meninggal dunia. Sebelum meninggal, dia bersumpah bahwa anak-cucu pengikutnya tidak akan memiliki kecantikan seperti dirinya. Dia berbuat demikian sebab menurutnya kecantikan hanya membawa petaka.(*)