SUMEKS.CO, PALEMBANG - Asrama Pondok Mesudji Jogjakarta yang sejak tahun 1960-an ditempati mahasiswa dari Sumsel menyimpan banyak kenangan. Bahkan muncul beberapa tokoh sukses dari Asrama Pondok Mesudji.
Ironisnya, 12 Mahasiswa Sumsel yang sekarang sedang tinggal disana, terancam terusir dan terlantar.
Ya, Asrama Pondok Mesudji kini terbelit sengketa dengan pihak yang diduga mafia tanah.
Muhammad Hafidz, salah satu Mahasiswa Teknik Kimia UPN Veteran Yogyakarta asal Kabupaten Lahat termasuk 1 dari 12 mahasiswa Sumsel yang bertahan di Asrama Pondok Mesudji.
"Yang tinggal disini kuliah di beberapa kampus. Ada yang dari Universitas Negeri Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga, Mercubuana, dan kampus lainnya," kata mahasiswa semester X Teknik Kimia, saat dibincangi SUMEKS.CO, Sabtu (13/8).
Sebenarnya tak hanya 12 orang itu saja. Banyak mahasiswa Sumsel yang berkegiatan di Asrama Pondok Mesudji. ''Kami kalau sore terkadang main bola voli bersama. Latihan musik, diskusi kuliah dan macam-macam,'' tutur dia.
Setiap kegiatan disana dilakukan secara gotong royong. Mahasiswa Sumsel disana juga melakukan kegiatan pengajian, dan yang pintar Bahasa Inggris maka akan mengajarkan ilmunya kepada warga sekitar.
"Jika rindu masakan ibu kami biasa memasak makanan khas Sumsel, kadang pindang dan lainnya," timpalnya.
Lanjutnya, fasilitas di Asrama Pondok Mesudji seperti asrama pada umumnya. Ada mushollah, ruang rapat, kamar tidur, tiga kamar mandi, dapur umum, internet dan wifi yang dipasang sendiri dengan membayar iuran sesama mahasiswa. Sedangkan untuk kegiatan olahraga ada tenis meja, volli. Selain itu beternak ayam dan bebek dan menanam sayuran seperti terong, ubi kayu dan lainnya.
"Kami patungan perbulannya Rp100 ribu listrik dan internet masing-masing mahasiswa perbulannya. Sedankan untuk air, kami mengandalkan sumur tua. Harus dipompa dulu pakai mesin, baru naik airnya.Untuk makan kami iuran dan gotong royong dan belanjanya di pasar," bebernya.
Lanjutnya, memilih tinggal disana karena tempatnya sejuk dan nyaman. Selain itu sangat mendukung mahasiswa untuk melakukan tugas kuliah. Lingkungan disana masih ASRI, ditambah dengan adanya lapangan bola voli.
''Ada kebun sayur dikit-dikit untuk dimasak,'' cerita dia.
Asrama Pondok Mesudji ini punya cerita sendiri untuk Sumsel. Pasalnya, banyak sekali tokoh yang pernah menimba ilmu di Yogyakarta dan menjadikan pondok mesudji sebagai pelabuhan untuk beristirat bahkan sharing dengan sesama teman yang berasal dari satu daerah mencari inspirasi setelah kuliah di Yogya.
"Tujuannya ya selama belajar disini ilmu yang didapat akan digunakan untuk membawa Sumsel agar lebih maju lagi," ujarnya.
Mereka harus bertahan disana meski dalam sengketa dengan kelompok dia sebut mafia tanah. Menurutnya, mereka secara tersistematis dan masif untuk menjual asrama tersebut. Saat ini sengketa melawan yayasan baru yang terindikasi cacat hukum dan menyalahi aturan dan tujuan pembangunan pondok tersebut yaitu menjual asrama. Sekarang sudah tahap kasasi, sebelumnya juga sudah menggugat atas nama alumni dan mahasiswa yang tinggal di asrama Pondok Mesudji," jelasnya.
"Gugatannya kemarin di pengadilan negeri dan pengadilan tinggi Yogya kalah," jelasnya.