Olah Lahan Tandus Jadi Kebun Sayur, Petani Banyuasin Wujudkan Kemandirian Pangan
Misradi (50), petani Desa Sukomoro, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumsel mendampingi penyuluh pertanian yang mengecek kondisi sayuran yang ditanamnya.--
SUMEKS.CO - Di bawah terik matahari Sukomoro, Kecamatan Talang Kelapa, Banyuasin, seorang petani bernama Misradi (50) tampak sibuk memeriksa hamparan hijau di hadapannya.
Siapa sangka, lahan kosong seluas lima hektar yang dulu gersang kini berubah menjadi kebun sayur yang subur dan produktif.
“Awalnya lahan ini tandus, bahkan rumput pun sulit tumbuh,” kenang Misradi sambil tersenyum saat ditemui di kebun sayurnya pada Senin (3/11).
Namun, kerja keras dan ketekunannya membuahkan hasil. Kini, dari lahan itu tumbuh beragam sayuran bernilai ekonomi tinggi — mulai dari sawi, bayam, kangkung, kemangi, hingga lumai. Semua tumbuh subur dan menjadi sumber pendapatan baru bagi keluarga Misradi.
Misradi bercerita, pada awalnya ia hanya berniat menanam sayur untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Tapi setelah melihat hasil yang menjanjikan, ia mulai mengembangkan lahannya secara serius. “Dengan begini bisa menambah pendapatan keluarga,” ujarnya.
BACA JUGA:Lebih Murah, Warga Mangun Harjo Belanja Sembako di Koperasi Merah Putih
BACA JUGA:HET Pupuk Turun, Petani OKU Timur Optimis Produksi 1 Juta Ton Gabah
Namun, perjalanan itu tidak mudah. Untuk membuka lahan tandus menjadi kebun produktif, ia harus mengeluarkan modal cukup besar — sekitar Rp 15 juta untuk membeli benih, pupuk, serta perlengkapan lainnya.
“Tantangan terberat waktu itu musim kemarau. Lahan sempat kering kerontang,” katanya.
Meski begitu, Misradi tidak menyerah. Dengan semangat dan kesabaran, ia terus berupaya mengolah tanah. Perlahan, lahan itu berubah menjadi hijau, dan tanaman mulai tumbuh subur.
“Sekarang jerih payah itu terbayar. Hasil panennya melimpah,” ucapnya penuh syukur.
Panen Tiada Henti
Sistem tanam bergilir membuat lahan Misradi tidak pernah berhenti berproduksi.
Sawi dapat dipanen 28 hari setelah tanam dan dijual seharga Rp 2.000/kg. Kangkung siap panen 22 hari dengan harga Rp 15.000 per gulung (20 ikat).
BACA JUGA:Inovasi Rumah PASTI, Kemandirian Pangan Warga Lahat Ubah Lahan Terlantar Jadi Sumber Rezeki
BACA JUGA:MenPANRB Tetapkan Aturan Gaji, Status PPPK Paruh Waktu Belum Tercantum dalam UU ASN 2023
Sementara kemangi dan lumai bisa dipanen setelah 31 hari dengan harga masing-masing Rp 30.000 dan Rp 35.000 per gulung, dan bayam yang hanya butuh 25 hari dijual Rp 10.000/gulung.
“Setelah panen, langsung olah lagi tanahnya, tanam lagi. Non-stop kita kerja,” ujarnya. Hasil panen kemudian dijual ke Pasar Induk Jakabaring, Palembang, dengan omzet mencapai sekitar Rp 20 juta per bulan.
Tidak hanya memikirkan keuntungan pribadi, Misradi juga mengajak warga sekitar ikut bekerja di kebunnya. “Yang saya ajak itu orang-orang yang ekonominya sulit. Setidaknya mereka dapat penghasilan harian,” katanya. Langkah kecil ini membawa dampak besar bagi masyarakat di sekitarnya, sekaligus menumbuhkan semangat gotong royong di desa.
Kesuksesan Misradi juga tak lepas dari peran penyuluh pertanian Kecamatan Talang Kelapa, Erick Arianza, yang memberikan pendampingan dan bantuan nyata.
“Berkat Pak Erick, lahan ini bisa produktif. Beliau bantu bukan cuma dengan penyuluhan, tapi juga bibit, alat pertanian, sampai perbaikan jalan usaha tani,” tutur Misradi.
BACA JUGA:Begini Kesiapan Bandara Internasional SMB II Palembang Hadapi Lonjakan Penumpang Nataru 2025-2026
BACA JUGA:Palembang Sabet Penghargaan Bergengsi Kemendagri 2025: Sukses Turunkan Angka Kemiskinan Terendah
Erick menuturkan, antusiasme masyarakat Sukomoro terhadap program swasembada pangan dan P2B (Pertanian untuk Pangan Berkelanjutan) kini semakin meningkat.
“Awalnya mereka bilang repot, lebih mudah beli. Tapi setelah panen, justru mereka semangat menanam lagi,” ungkapnya.
Menurut Erick, hasil program ini mulai terlihat nyata. Banyak keluarga kini tidak perlu lagi membeli sayuran di pasar karena sudah bisa memproduksinya sendiri.
“Artinya, tingkat kemandirian pangan masyarakat meningkat,” ujarnya.
Misradi mengaku mendukung penuh program ketahanan pangan nasional yang digagas Presiden Prabowo Subianto. Ia percaya, langkah kecil seperti yang ia lakukan bisa menjadi bagian dari gerakan besar untuk kemandirian pangan di Indonesia.
“Kalau kita semua bisa manfaatkan lahan kosong seperti ini, bukan tidak mungkin Indonesia bisa swasembada pangan lagi,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



