Jejak Dinasti Ming yang Islami dan Koneksinya dengan Palembang Abad ke-15 hingga ke-17

Jejak Dinasti Ming yang Islami dan koneksinya dengan Kota Palembang.-Foto: dok sumeksco-
Kehadiran Shi Jinqing dan jaringan pelaut Muslim Tiongkok bukan hanya sekilas jejak, tapi cikal bakal pembentukan komunitas Baba Muslim Palembang. Mereka tidak sekadar berdagang, mereka menikah dengan perempuan lokal, membentuk keluarga baru, dan lambat laun mengislamkan komunitas Tionghoa setempat.
Di kawasan 3-4 Ulu, 7 Ulu, dan Plaju, jejak itu masih terasa ketika kita menyusuri gang-gang tua di 3-4 Ulu dan Plaju, atau mengamati wajah-wajah keturunan Baba yang bercampur Melayu. Tradisi kuliner dan arsitektur rumah panggung kayu Tionghoa berbaur dengan nuansa Melayu. Kehadiran masjid tua, seperti Masjid Lawang Kidul dan Masjid Lama di Plaju, menunjukkan akar budaya Muslim non-Melayu di Palembang.
Lebih dari itu, beberapa tokoh Kapiten Cina Muslim muncul dalam arsip Baba Palembang yaitu nama YuChin, nama Muslimnya adalah Kyai Mas Husin yang mendapat tambahan kata “Babah” yaitu julukan yang dikenal di kalangan komunitas Melayu di negeri Palembang. Babah Yu-Chin dikenal juga dengan sebutan saudagar Kocing. Komunitas ini menyatu dalam struktur politik Kesultanan, bukan sebagai kelompok netral, tetapi sebagai bagian dari perjuangan Islam.
Gelombang Migrasi Muslim Tionghoa pasca Runtuhnya Ming
Runtuhnya Dinasti Ming pada 1644 melahirkan gelombang baru sejarah. Ketika Dinasti Qing (berbasis Manchu) menggantikan Ming, banyak Muslim Tiongkok mengalami tekanan. Banyak di antaranya melarikan diri ke wilayah selatan, termasuk ke Palembang.
Menurut tradisi lisan dan catatan baba Palembang, tiga tokoh utama yang datang ke Palembang adalah Kapiten Belo, Kapiten Asing, dan Kapiten Bong Su We. Kapiten Belo dikenal sebagai pelarian berdarah biru Ming yang menjadi Tiku di Pulau Bangka. Kapiten A Sing diyakini sebagai syahbandar dan pengatur jalur perdagangan hasil bumi serta penguatan ajaran Islam. Sementara Kapiten Bong Su We dikenal dengan heroiknya mempertahankan Benteng Menapoura di Pulau Kemaro dan dimakamkan di pulau tersebut.
Kedatangan ketiganya memperkuat komunitas Baba Muslim, yang menyatu dalam struktur sosial Kesultanan. Mereka membangun surau, berdagang secara halal, menikah dengan warga lokal, dan turutserta dalam perjuangan melawan VOC. Dalam dokumen Belanda disebut, beberapa Kapiten Cina adalah Muslim yang loyal pada Sultan dan tidak tunduk pada vihara atau gereja manapun.
Warisan dan Relevansi Sejarahnya Kini
Jejak komunitas Baba Muslim tidak hilang, Ia hidup dalam nama keluarga Muslim Palembang yang memiliki akar marga Cina, kampung Kapiten di 7 Ulu dan Plaju. Hari ini, ketika kita menyusuri gang-gang tua di 3-4 Ulu dan Plaju, atau mengamati wajah-wajah keturunan Baba yang bercampur Melayu, serta tradisi dakwah baba Palembang. Bahkan pendidikan Islam dijalankan oleh keturunan Baba seperti keluarga Najahiyah.
Sejarah ini penting untuk menunjukkan bahwa Islam di Indonesia tidak monokultural, tapi multikultural. Komunitas Baba Muslim adalah bagian dari denyut sejarah Islam Nusantara. Ia juga menjadi landasan diplomasi kultural antara Indonesia dan Tiongkok yang damai dan setara.
Palembang, Islam, dan Jejak Tionghoa yang Terlupakan
Palembang adalah ruang sejarah tempat Dinasti Ming dan Kesultanan Melayu bersua, Islam menjadi jembatan antar bangsa, dan kemanusiaan lebih utama dari warna kulit. Kapiten Belo, Asing, dan Bong Su We bukan sekadar nama, mereka adalah saksi bahwa Islam Tionghoa berperan dalam peradaban Palembang.
Sudah saatnya sejarah ini diajarkan kembali, didengar oleh generasi muda Baba Palembang, dan diangkat oleh dunia akademik. Sejarah ini bukan nostalgia — ini warisan dan tugas sejarah kita semua.
“Air Musi mengalir tanpa memilih suku atau warna, sebagaimana Islam datang tidak untuk satu bangsa, tapi untuk semua yang bersyahadat. Dan di kota Palembang ini, sejarah itu masih hidup, meski debunya hampir tertimbun oleh lupa.”
= HG Sutan Adil =
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: