200 Santri dari 30 Ponpes di Sumsel Ikut Berpartisipasi Seleksi CBT MQK Nasional 2025

200 Santri dari 30 Ponpes di Sumsel Ikut Berpartisipasi Seleksi CBT MQK Nasional 2025

200 santri dari 30 Ponpes di Provinsi Sumsel, mengikuti seleksi MQKN tahun 2025.--

Adapun cabang lomba yang mereka ikuti adalah nahwu, akhlak, hadits, ilmu hadits, tauhid, fiqh, usul fiqh, tafsir, dan tarikh. 

Selama tiga hari seleksi, mereka sudah mendapatkan jadwal masing-masing di mana setiap harinya ada dua sesi seleksi, yaitu dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB dan pukul 13.00 WIB sampai pukul 14.30 WIB. 

BACA JUGA:‘Kok Bisa…’ Santri MA Raudhatul Ulum Sakatiga Ogan Ilir Go Internasional

BACA JUGA:Selain 4 Nyawa Melayang, 7 Santri Korban Tragedi Gontor 5 Kini Dirawat Intensif di RSUD Merah Putih Magelang

Sementara itu, pelaksanaan seleksi CBT MQKN Nasional VIII Tahun 2025 resmi dibuka oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI, H Amin Suyitno secara daring, Selasa, 16 Juni 2025 pagi. 

Dalam arahannya, Suyitno menegaskan bahwa MQK tahun ini menjadi momentum penting bagi pesantren dalam menghadapi era globalisasi dan digitalisasi. 

"CBT MQK ini adalah bukti bahwa pesantren tidak tertinggal. Kita menyaksikan transformasi digital berjalan nyata di ruang-ruang yang selama ini dianggap tradisional. Pesantren mampu beradaptasi dengan teknologi tanpa kehilangan jati dirinya," ujarnya.

Lebih lanjut, Suyitno menekankan bahwa MQK tahun 2025 mengusung semangat "from local to global" sebagai penanda kuat bahwa pesantren Indonesia kini hadir di ruang publik internasional. 

BACA JUGA:Tragedi di Gontor Magelang, Berikut Daftar Nama Korban Santri yang Tertimpa Reruntuhan Tembok Kolam

BACA JUGA:Tragedi GONTOR 5: Detik-detik Tembok Maut Roboh saat Santri Antre Mandi, 4 Nyawa Melayang

Menurutnya, MQK bukan hanya kompetisi membaca kitab kuning, tetapi juga sarana aktualisasi intelektual pesantren dalam menjawab isu-isu kontemporer dunia.

"Tema tahun ini, Dari Pesantren untuk Dunia: Merawat Lingkungan dan Menebar Kedamaian dengan Turats, mengajak kita semua untuk mengeksplorasi kekayaan literatur klasik Islam (turats) sebagai sumber etika ekologis dan solusi perdamaian global. Ini sangat relevan di tengah krisis iklim dan gejolak geopolitik saat ini," terang Suyitno.

"Pesantren harus menjadi corong Islam yang damai dan rahmatan lil ‘alamin. Ketika dunia dilanda konflik dan kekerasan, santri harus bisa menjadi duta perdamaian yang membangun narasi keadaban dari khazanah kitab kuning," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait