Mei 1998 Bikin Ketar-Ketir

Dampak Kerusuhan Mei 1998 di Palembang, dan Gedung Sumatera Ekspres saat itu.--
Oleh: Ali Fauzi
Tiap tanggal 21 Mei saya teringat dampak kerusuhan Mei 1998. Terutama yang terjadi di Palembang. Khususnya lagi suasana “dapur” redaksi Harian Pagi Sumatera Ekspres --tempat saya bekerja dulu.
Melalui jaringan JPNN (Jawa Pos News Network), saat itu, Sumatera Ekspres mendapatkan berita-berita dari seantero negeri. Sebulan lebih sebelum hari “H”, sudah ada berita-berita demo menuntut turunnya Soeharto.
Demo-demo itu terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Medan, Yogyakarta dan Ujungpandang –kini Makassar. Demo itu makin lama kian marak. Demo serupa akhirnya berlangsung juga di Palembang.
Sebagai raja media saat itu, koran harian seperti Sumatera Eskpres tentu menjadi bacaan utama warga. Kian hari tambah laris. Terlebih bila memuat foto Megawati, ikon perlawanan terhadap orde baru, dipastikan oplah koran bertambah.
BACA JUGA:Malapetaka Itu Bernama 'Omnibus Law'
BACA JUGA:Apa yang Dilakukan Bagi Kartini Kini
Sebagai pimpinan redaksi Sumatera Ekspres saat itu, saya selalu koordinasi dengan bagian pemasaran. Biasanya pada malam hari, usai rapat perencanaan berita. Saya infokan bahwa terbitan esok pagi di halaman satu ada berita Megawati plus fotonya.
Bagian pemasaran lantas menginfokan hal yang sama ke semua agen koran. ‘’Kito (cetak korannya malam ini) tambah 10.000 Mas,’’ ujar Dulpiah, kepala bagian pemasaran Sumatera Ekspres, pada awal-awal maraknya demo.
Demo kian marak. Mulai ada penjarahan toko/ruko yang dianggap milik etnis tertentu. Di kota-kota besar, termasuk Palembang, hampir di bagian depan semua toko/ruko digantung sajadah. Secara mencolok. Itu dimaksudkan bahwa pemilik toko/ruko sebagai orang Islam. Tujuannya agar terhindar dari penjarahan.
Sementara itu, Suparno Wonokromo, GM/direktur Sumatera Ekspres, sibuk keliling mengunjungi koran-koran yang menjadi tanggungjawabnya. Selain Sumatera Ekspres dan Palembang Pos di Palembang, juga Jambi Independent dan Jambi Ekspres di Jambi, Semarak di Bengkulu dan Radar Lampung di Bandar Lampung.
BACA JUGA:Dekadensi Moral dan Kesehatan Mental di Era Masyarakat 5.0
BACA JUGA:Ibadah Puasa Ramadhan Sebagai Wahana dalam Pembentukan Sikap Manusia Beriman dan Bertaqwa.
Meski begitu, Suparno terus memantau Sumatera Ekspres. ‘’Li, bagaimana pemeritaan koran kita hari ini? Aman kan?,’’ tanya dia ke saya, sekitar pukul 01.00, melalui sambungan telepon. ‘’Hati-hati pemberitaannya ya!,’’ sambungnya. Saat itu dia lagi di Bengkulu. ‘’Beres bos,’’ sahut saya.
Kami, para redaktur, terus memantau pemberitaan via televisi di kantor. Situasi negeri makin mencekam. Penjarahan toko/ruko terjadi di sejumlah kota. Di Palembang, 14 Mei mulai terjadi penjarahan. Terutama di kawasan Jl Jend Sudirman, Tengkuruk Permai, Kol Atmo dan Pasar 16 Ilir.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: