Update Tragedi Ledakan Amunisi di Garut: 13 Tewas, Berikut Kronologi dan Investigasi Penyebabnya

DVI Polri Identifikasi Korban Ledakan Amunisi di Garut, 9 dari 13 Korban Telah Teridentifikasi--
BACA JUGA:Sempat Terdengar Suara Ledakan, Kebakaran di 8 Ulu Palembang Turut Hanguskan Langgar Bundo Kandung
BACA JUGA:Innalillahi, Ledakan Hebat di Rumah Polisi Tewaskan Dua Orang, Polisi Masih Periksa Tuan Rumah
Yani, Kepala Seksi Sistem Informasi Manajemen RSUD Pameungpeuk, menambahkan bahwa pihaknya terus berkoordinasi dengan TNI dan Polri dalam proses identifikasi lanjutan.
Meski ledakan diketahui terjadi saat proses penyusunan sisa detonator, penyebab pasti masih dalam tahap investigasi.
Kementerian Pertahanan (Kemenhan) bersama TNI AD telah membentuk tim investigasi guna menyelidiki apakah prosedur pemusnahan telah sepenuhnya diikuti atau terdapat kelalaian teknis.
Ledakan tersebut juga menjadi perhatian nasional setelah menempati tren pencarian Google dengan lebih dari 20.000 pencarian hanya dalam 24 jam setelah kejadian.
Hal ini mencerminkan kekhawatiran publik yang tinggi terhadap keamanan prosedur pemusnahan amunisi militer.
Salah satu pertanyaan yang muncul dari masyarakat adalah: mengapa warga sipil bisa berada di lokasi militer yang sedang melakukan pemusnahan bahan peledak?
Berdasarkan laporan di lapangan, warga sipil sering datang ke lokasi setelah ledakan dilakukan. Tujuannya adalah mengumpulkan selongsong amunisi yang memiliki nilai ekonomis, terutama karena terbuat dari kuningan dan besi.
Meski lokasi tersebut berada jauh dari permukiman, pada saat kejadian warga sudah berada di sekitar area peledakan, sehingga terkena dampak dari ledakan susulan yang tidak terduga.
BACA JUGA:Buntut Ledakan Speedboat Tewaskan Cagub Maluku Utara Benny Laos, Polisi Periksa 18 Saksi
Detonator adalah perangkat peledak kecil yang digunakan untuk memicu bahan peledak utama. Jenis-jenis detonator meliputi detonator kimia, mekanis, dan elektrik.
Dalam konteks militer, detonator biasanya menggunakan senyawa primer seperti timbal azida atau PETN (Pentaerythritol tetranitrate) yang sangat sensitif terhadap panas, tekanan, dan gesekan.
Detonator sangat berbahaya, terutama saat belum sepenuhnya tidak aktif atau berada dalam kondisi yang tidak stabil. Oleh karena itu, prosedur penanganannya sangat ketat dan tidak boleh dilakukan tanpa perlindungan maksimal.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: