KABAR GEMBIRA! Jepang Buka 820.000 Lowongan Kerja, Bidang Apa!
Sejumlah pencari kerja di Kota Palembang mendatangi lokasi job fair, beberapa waktu lalu.--dok : sumeks.co
Ini mengingat, situasi bisa mempengaruhi sisi psikologis pekerja, yang berbeda dengan di tanah air.
"Karena di sini dengan empat musim tentunya juga ada berbagai macam aspek yang mempengaruhi sisi psikologis dari para pekerja," katanya.
Ia juga mengingatkan bahwa hidup jauh dari keluarga merupakan tantangan lain yang perlu diantisipasi. Adapun, kesiapan mental menjadi faktor penting agar para pekerja dapat beradaptasi dengan baik.
"Jadi itu beberapa hal yang memang perlu untuk diantisipasi. Secara umum KBRI, pemerintah, bekerjasama dengan kementerian terkait dan lembaga terkait di Jepang di Indonesia," tambahnya.
BACA JUGA:KUR TKI BRI 2024: Solusi Keberangkatan Calon Tenaga Kerja Indonesia
BACA JUGA:Hutama Karya Kebut Tol Padang-Sicincin dan Janjikan Rekutmen Tenaga Kerja Setempat
Sementara itu, First Secretary Media Sociocultural Affairs, Lodya H Mone mengatakan bahwa dari 820 ribu tersebut, Indonesia berpeluang mengisi antara 20 hingga 30 persen dari total kebutuhan, atau sekitar 164 ribu hingga 246 ribu tenaga kerja dalam periode lima tahun.
"Pemerintah melihat ada kesempatan ini, Indonesia ingin mengirimkan 20 sampai 30 persen untuk pengisiannya dari total 820 ribu tadi saya coba hitung itu sekitar 164 ribu sampai 246 ribu dalam waktu 5 tahun," ujarnya.
Sambungnya, Jepang akan mempekerjakan tenaga kerja asing untuk posisi magang dan Specified Skilled Workers (SSW) atau Pekerja Berketerampilan Spesifik.
Khususnya yang lebih banyak didominasi oleh pekerjaan dengan tingkat keterampilan rendah (blue collar).
BACA JUGA:Pelindo Regional 2 Palembang Bagikan Sembako Gratis Kepada Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan
BACA JUGA:Seleksi PPPK PALI Dimulai, Tahun Depan Tidak ada Lagi Tenaga Kerja Sukarela dan Honorer
Dikatakan, Lodya, bahwa Indonesia diharapkan dapat mengirimkan antara 32 ribu hingga 49 ribu tenaga kerja per tahun.
Namun, ia juga mengingatkan pengiriman tenaga kerja dengan keterampilan rendah berpotensi memunculkan masalah sosial, khususnya terkait dengan peningkatan kasus kekerasan.
"Jadi, mungkin yang akan menjadi salah satu sumber masalah ke depan. Karena yang dikirim adalah blue collar. Biasanya kan di mana ada tenaga kerja rendah skill, di situ tingkat kekerasan kan berbanding lurus ya," tukasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: